Setitik cahaya menelusup menuju ruang-ruang asa
Dia yang telah tega merusak budaya bangsa yang beradab
Hilangnya jabat tangan diakibatkan oleh dia yang kasatmata
Dia telah merenggut kebebasan kita
Mengurung kita dalam sangkar emas
Dia yang mengharuskan kita menjaga jarak demi keselamatan bersama
Dia merenggut kebersamaan kita yang melibatkan jiwa dan raga
Dia yang juga membuat kita wajib memakai protokol kesehatan
Di musim penghujan dia merajalela beranak pinak.
Dia datang tanpa diundang
Kepergiannya hal yang ditunggu- tunggu setiap insan
Dia juga mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan
Gara-gara dia yang hanya setitik dan tak kelihatan tapi mampu menggoroti tubuh manusia
Enam purnama telah berlalu
Desiran angin masih gemulai
Dia belum beranjak dari singgasananya yang sekarang
Hujan deras melanda bumi berharap si dia terbawa arus air sampai ke dasar lautan
Seperti pelagi sehabis hujan, kepergiannya dari muka bumi sangat dinantikan
Pelangi senja di bulan September adalah asa, si dia musnah dan tak kembali lagi
Bekasi, 15 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H