Lihat ke Halaman Asli

Setitik Cahaya

Diperbarui: 15 September 2020   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar Dokpri


Setitik cahaya menelusup menuju ruang-ruang asa
Dia yang telah tega merusak budaya bangsa yang beradab
Hilangnya jabat tangan diakibatkan oleh dia yang kasatmata

Dia telah merenggut kebebasan kita
Mengurung kita dalam sangkar emas
Dia yang mengharuskan kita menjaga jarak demi keselamatan bersama
Dia merenggut kebersamaan kita yang melibatkan jiwa dan raga
Dia yang juga membuat kita wajib memakai protokol kesehatan

Di musim penghujan dia merajalela beranak pinak.
Dia datang tanpa diundang
Kepergiannya hal yang ditunggu- tunggu setiap insan
Dia juga mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan

Gara-gara dia yang hanya setitik dan tak kelihatan tapi mampu menggoroti tubuh manusia
Enam purnama telah berlalu
Desiran angin masih gemulai
Dia belum beranjak dari singgasananya yang sekarang

Hujan deras melanda bumi berharap si dia terbawa arus air sampai ke dasar lautan

Seperti pelagi sehabis hujan, kepergiannya dari muka bumi sangat dinantikan

Pelangi senja di bulan September adalah asa, si dia musnah dan tak kembali lagi

Bekasi, 15 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline