Lihat ke Halaman Asli

Rinai Kepedihan

Diperbarui: 7 September 2020   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: zedge.net

Tak ada yang berharap cermin itu retak
Tak ada yang mau tali itu putus
Tak ada yang mau bila sudah bersatu berpisah lagi

Tidak ada yang mau gelar janda ada di depan nama

Tapi jika itu adalah hal yang terbaik
Kenapa mesti dipertahankan
Jika setiap hari rumah bagaikan neraka
Bila setiap hari beradu mulut
Bila setiap hari tubuh ini jadi bantalan atau bulan-bulanan tangan kasarnya

Lebih baik dapat gelar di depan nama
Daripada menahan sakit di sekujur tubuh dan di dalam hati

Tidak ada yang lebih baik memang
Tapi keputusan ini jalan yang terbaik
Cukup sampai di sinilah kebersamaan kita
Cukup kedua kalinya aku disakiti. Mulut hanya berucap janji. Mudah memang mengucapkannya tapi menepatinya sulit

Biarlah mentari kunikmati sendiri bersama si buah hati
Biarlah rembulan bersinar hanya untukku
Biarlah hujan turun perlahan-lahan seperti hujan air mata di pipi. Kini rinai  tinggallah kepedihan. Perpisahan ini lebih baik, gerimis mengundang ikut mengiringi derasnya air mata yang mengalir di pipi.

Hujan adalah saksi bisu untuk perpisahan kita.

Bekasi, 07092020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline