Selamat hari puisi nasional. Menulis puisi sekarang lebih mudah daripada dulu. Zaman dahulu masih terikat dengan aturan-aturan dan kaidah-kaidahnya. Seperti pantun, Matra, Soneta, gurindam, dan lain-lain.
Sekarang puisi rata-rata kontemporer atau puisi masa kini. Puisi karya Chairil Anwar rata-rata puisi kontemporer. Puisi-puisi legendaris antara lain Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail dan lain-lain.
Saya suka puisi Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono.
Puisi "Hujan" karya Sapardi Djoko Damono pernah saya buat sebagai ujian praktik agar- agar anak-anak penerus bangsa mengenal sejarah sang pujangga legendaris.
Saya mulai menulis puisi pada tahun 2018 , tadinya ada flatorm tempat berbagi tulisan, sebenarnya saya ragu untuk menulis, tapi karena dorongan teman-teman penulis lama-lama bisa menulis. Hingga bergabung ke Kompasiana menulis pada tahun 2018 pertama menulis langsung pilihan.
Saat itu belum paham maksudnya. Setelah Bunda Karla menjelaskan baru saya paham. Sayang Bunda Karla sekarang jarang menulis padahal dia panutan saya juga. Tulisannya sering HL.
Selama menulis puisi di Kompasiana, ada rasa bahagia bila bisa mendapatkan pilihan. Belajar terus memperkaya diksi. Kadang tidak hanya di Kompasiana, di wa grup juga saling mendukung.
Saya juga merasa tertantang untuk mengikuti event kecil-kecilan di grup Facebook. Bulan Maret dan April dapat penghargaan sertifikat dan bingkai serta pulsa , bahagia rasanya. Jadi sangat bergairah bila ada event untuk menulis puisi.
Saya tertantang apalagi ditentukan tema oleh para pembuat event, bahkan saya share juga di Kompasiana. Belajar dari mereka saya bisa membuat tipo puisi. Bahkan saat ini ingin membuat puisi berbentuk daun. Masih di rancang tunggu tayangannya ya.
Sekian dulu sobat kompasianer ya, selamat hari puisi nasional.
Puisi bentuk tipografi, tahun 2020