Lihat ke Halaman Asli

Sofi Lestari

This is Me!

Ujung Dermaga Penyambung Kerinduan dan Harapan

Diperbarui: 6 November 2019   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dermaga Payung-Payung (dokpri)

Saat kamu berjalan-jalan ke Maratua, jangan lupa untuk mampir ke Dermaga Payung-Payung. Dermaga kayu itu membentang dari pantai hingga ke laut sejauh 300 meter. Ada banyak hal menarik disana. Langit cerah dan derasnya angin laut yang menerpa menjadikan tempat ini sulit dilupakan.

Ketika laut sedang surut, akan terlihat hamparan pasir putih serta terumbu karang yang luas dan juga beberapa perahu nelayan yang  tampak terdampar adalah waktu yang pas untuk berburu kerang. Sedangkan saat laut sedang pasang, adalah kesempatan terbaik melihat para penyu hijau yang langka sedang mencari makan.

Selain itu, saya lebih tertarik pada salah satu rumah (dan satu-satunya rumah) milik seorang nelayan setempat yang ada di dermaga itu. Ada satu alat perangkap unik milik sang nelayan untuk mendapatkan ikan.

Masyarakat disana menyebut perangkap itu adalah bubu. sebuah perangkap yang digunakan para nelayan untuk menangkap ikan saat sedang melaut. Bubu terbuat dari rotan dan jaring.

Kata Pak Nelayan (Duh, saya lupa nama pak nelayan itu), jaring itu itu sengaja dibuat besar agar yang terperangkap hanya ikan atau binatang laut yang besar saja. Agar ikan-ikan yang masih kecil bisa terbebas dan berkembang.Bukan hanya ikan saja, kadang ada kepiting, gurita bahkan penyu juga ikut terperangkap. 

"Kalau ada penyu atau binatang laut yang dilindungi lainnya tertangkap itu langsung kami lepas. Itu tidak boleh, dilarang diambil," ujarnya.

Bubu (Dok. Pribadi)

Beliau juga mengatakan hanya menggunakan alat-alat sederhana dalam menangkap ikan di laut. Seperti bubu, jaring, tombak maupun dengan memancing. Saya sempat bertanya kepada beliau terkait ada nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan bom.

Dengan spontan bapak itu langsung menjawab,

"Tidak boleh pakai itu (bom). Dilarang. Disini tidak ada nelayan yang menggunakan bom. Itu bisa merusak terumbu karang yang ada dan membunuh ikan-ikan yang masih kecil. Habislah nanti ikan di laut kita. Kita punya anak cucu. Kalau sekarang kita rusak laut, keturunan kita yang jadi nelayan mau ngapain ke laut? Anak cucu kita bagaimana bisa memakan ikan yang kita nikmati saat ini jika ikannya saja tidak ada? Bagaimana masa depan bangsa ini jika para penerusnya kekurangan gizi? Tidak bisa berkembang negeri kita. Oleh sebab itu tidak boleh menggunakan bom. Pemerintah jua melarang, kan," ungkap Pak  Nelayan.

Panjang lebar beliau mengatakan bahwa tidak boleh pakai bom saat menangkap ikan. Beliau juga mengatakan tugas seorang nelayan itu bukan hanya menangkap ikan, tapi juga turut menjaga agar kehidupan di dalam laut tetap terjaga.  Karena beliau khawatir, jika laut terus-terusan dirusak, di masa depan nanti anak cucu kita tidak akan bisa menikmati betapa indahnya kehidupan di bawah laut sana. Dan tentu ada banyak hal buruk lainnya yang akan terjadi apabila kehidupan di laut terganggu.

Di akhir, Pak Nelayan mengutarakan harapannya agar laut Indonesia bisa selalu terjaga hingga ke para generasi penerus berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline