Halaman sekolah ini masih basah. Hujan semalam membawa sisa sejuk dan bau tanah karena hujan yang mulai hilang. Berganti harum manis pohon trembesi. Daun berguguran tak kuat menahan air hujan semalam. Lepas meninggalkan dahannya.
Kantin masih sepi. Jajaran kios penjual melambai-lambai menawarkan berbagai makanan. Mie ayam, bakso, dan nasi pecel makanan favorit. Es cendol, es teh, juga ada simon segar ketika dahaga mulai datang. Kue talam, onde-onde, serta gorengan buatan Bu Patmi jagoannya.
Di sudut sebelah kanan dari jajaran kios itu seorang perempuan setengah baya sedang menata kue-kue.
“Bu Dhe, ini kuenya!”, gadis itu memberikan kranjang berisi kue.
“Iya Sri. Berapa jumlahnya?”, tanya perempuan yang biasa dipanggil Bu Dhe oleh anak-anak.
“Biasa. 300 buah, Bu Dhe!”, jawab Sri sambil tersenyum.
“Sama dengan yang kemarin toh?”, Bu Dhe balik tanya. Sri hanya mengangguk sambil tetap tersenyum.
“Kamu itu lho, senyam-senyum saja. Ya, dah ini uang yang kemarin. 300 ribu, hati-hati kalau ‘naruk’ (meletakkan)!”, Bu Dhe menasihati sambil memberikan uang tiga lembar ratusan. Sri menerima sambil tetap tersenyum.
“O ya, bilang sama ibu kamu, ada orang pesan kue talam 200 buah. Lusa, ya?!”, Bu Dhe menyampaikan berita baik itu.
“Iya Bu Dhe, nanti saya sampaikan. Saya mau piket kelas dulu”, Sri berpamitan sambil bernyanyi kecil.
“Heiii!”, tiba-tiba Bu Dhe teriak menghentikan langkah Sri. Sontak Sri menghentikan langkahnya.
“Kamu jangan lari. Licin. Nanti kamu jatuh!”, terikan Bu Dhe membuat langkah Sri menjadi slow.
Ah, Bu Dhe terlalu khawatir Sri terpeleset. Bagaimana tidak khawatir. Jalan dari kantin yang menurun dan sisa hujan bisa saja mencelakai mereka yang tidak hati-hati.
Sri melewati lorong yang masih sepi. Ada beberapa siswa yang mulai berdatangan. Sengaja dia mampir di sanggar ekskul teater. Berhenti dia membaca pengumuman.
‘Dibuka audisi bagi pemeran utama untuk pagelaran teater. Siap? Hubungi Bu Tantri’
Yes, mau ikut. Aku harus ikut. Mungkin ini kesempatanku ikut audisi ini. Kata hati Sri penuh percaya diri.
Lamat-lamat terdengar lagu “Film Favoritku” milik Sheila On 7 di bibir mikrofon di tiap kelas. Radio sekolah sudah beroprasi, tanda waktu menunjuk 06.30. Penyemangat pagi bagi siswa. Sesemangat hati Sri.
*****
“Bu Tantri, bolehkah saya ikut audisi yang terpasang di sanggar teater?”, Sri datang menemui Bu Tantri.
“Tentu. Silahkan ikuti. Ini naskahnya. Pelajari! Tiga hari lagi kita bertemu di sanggar teater”, jelas Bu Tantri sambil tersenyum.
Sampai rumah Sri langsung masuk kamar. Setelah meletakkan kranjang kue dan menyerahkan uang dari Bu Dhe.