Lihat ke Halaman Asli

Lockdown Uji Daring agar Tetap Menyenangkan

Diperbarui: 22 Maret 2020   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kemampuan Virus Corona telah mengobrak-abrik prikehidupan di muka bumi. Perekonomian dunia lumpuh. Pariwisata dan transportasi dunia berhenti. Pendidikan dunia banting setir sekaligus merubah pola pembelajarannya. Dunia mengambil cara dengan memutus mata rantai pertumbuhann dan penyebarannya. Lockdown. Dunia mengambil sikap tegas. Dunia sedang semedi.

Lockdown Indonesia berlaku pada dunia pendidikan. Daring  dengan 14 hari di rumah. Kegiatan belajar mengajar dengan jarak jauh. Aktivitas pembelajaran dilakukan di rumah bersama orang tua, siswa, dan guru.

Pendidikan tidak boleh berhenti. Pembelajaran harus tetap berjalan. Sudah saatnya memanfaatkan teknologi pembelajaran siswa perlu ditingkatkan. Banyak pilihan aplikasi yang dapat dipilih dalam daring ini. Mulai dari aplikasi zoom, kahoot, quizii, onklas, webex, ruang guru, ruang belajar, dan masih banyak lagi.

Pemakaian dan pemilihan aplikasi tentu harus disesuaikan dengan materi pembelajaran. Tidak boleh melenceng dari kurikulum tiap satuan pendidikan. Kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran harus tercapai. 

Di sini guru ditantang. Bagaimana guru mampu dan mahir menggunakan aplikasi tersebut sesuai dengan kondisi siswa. Kesesuaian waktu tayang, kemampuan siswa mengoperasikan aplikasi, serta kemampuan orang tua mendampingi ketika proses belajar. Ketiga pelaku pembelajaran sangat berperan dan saling bersinergi.

Ada beberapa temuan dari kegiatan daring yang sudah berjalan beberapa hari ini. Termasuk seperti yang pernah saya tulis pada artikel saya belumnya yang berjudul "Stop Kegiatan, Mati Gaya?" dan "Pembelajaran yang Funky dari 14 Hari Daring" merupakan fakta pembelajaran yang saya temukan di sekitaran.

Mengingat daring dilakukan dalam waktu 14 hari ke depan, maka mau tidak mau kita harus siap dengan berbagai kendala. Suka tidak suka peran guru aktif dibutuhkan. Beberapa fakta temuan dilapangan diantaranya:

1. Kondisi ekonomi siswa  

Tidak semua siswa memiliki HP. Dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah pertama maupun atas. Jikalau pun punya, belum tentu kemampuan HP yang 'mumpuni'. Selain kemampuan membeli pulsa sebagai modal pengoperasian. 

Setiap kali pembelajaran tentu HP sudah harus siap dengan pulsanya. Pertanyaannya, berapa persen siswa kita mampu membeli pulsa. Jangankan membeli pulsa. Bisa makan setiap hari sudah beruntung. Peran pemerintah menggratiskan kadang belum tersosialisasi dengan baik. 

2. Keterbatasan mengoprasikan IT dengan tepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline