Lihat ke Halaman Asli

Lestari Zulkarnain

Berusaha menjadi lebih baik di setiap moment dalam hidup.

Keasinan

Diperbarui: 22 November 2022   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari ini jadwalku sangat padat, tetapi aku tidak melupakan kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Sebelum pergi, pagi-pagi sudah kubereskan semua, dari memasak; mencuci; ngepel dan sebagainya. 

Kali ini aku masak sayur sop, karena menurutku sayur sop itu simple dan mudah. Resep yang kupakai adalah resep yang paling mudah. Air direbus, masukkan bawang merah dan bawang putih yang sudah diiris, tunggu hingga mendidih. Setelah mendidih, masukkan sayur kol, daun bawang, wortel dan tomat, tak lupa bakso sebagai pelengkap. 

Setelah hampir matang, kucicipi kuahnya.  Astaghfirullah, belum kumasukkan garam. Kumasukkan garam setengah sendok teh dan penyedap rasa serta lada bubuk. Setelah matang lalu aku mandi. Setelah mandi, kucicipi sayur sopnya dan ternyata asin! Gimana ini, kacau. Waktu sudah mepet dan aku harus segera pergi. Namun biarlah. Suamiku orangnya nrimo dan tidak pernah protes dengan hasil masakanku. Semoga dia menikmatinya, hiks. 

"Mas, aku pergi, ya. Kalau mau makan, sudah kusiapkan. Ada sayur sop, goreng tempe sama sambal kecap," pesanku pada suamiku yang sedang asyik bermain hp.

 "Ya," jawabnya singkat. Setelah itu, kujabat tangannya dan pergi menggunakan motor matic tercintaku menuju tempat mengajar. Ya Allah, semoga suamiku tidak protes. 

*** 

Jam dua siang, aku pulang kerja. Rasa lelah mendera setelah dari pagi pergi. Aku langsung menuju ke dapur, kulihat sayur sopnya tinggal separo, artinya suamiku memakannya. Ya Allah, terima kasih atas anugrah yang engkau berikan, seorang suami yang selalu menerima hasil masakan istri tanpa protes. 

Kini aku merasa sangat lapar sebab sedari pagi hingga sekarang belum makan. Tadi pagi tidak sempat. Aku mengambil sepiring nasi, kemudian mencampur sayur ke dalam nasi tersebut. Sementara lauk berupa tempe dan sampal aku pisah.

 Setelah siap, aku pun memasukkan nasi ke dalam mulut. "Hoek! Astaghfirullah, sayur macam apa ini? asin!" keluhku dan hampir memuntahkan nasi yang ada di mulut. Namun karena hasil masakan sendiri, mau tidak mau aku memakannya meski tidak habis sebab tidak senggup dengan rasa yang amburadul. Ya Allah, apakah tadi suamiku memakannya?

 "Bu, sudah pulang?" Terdengar suara orang menyapaku, rupanya suamiku. 

"I--iya, mas." Rasanya tidak sanggup memandangnya, aku merasa sangat bersalah. "Mas, tadi makan?" tanyaku sedikit malu dan canggung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline