Lihat ke Halaman Asli

Namatan sebagai Tanda Telah Khattam Bacaan Al- Qur’an pada Masyarakat Lombok Tengah

Diperbarui: 14 April 2016   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

 [/caption]selesai atau telah khattam membaca al- qur’an 30 juz dan sudah lancar membaca al- qur’an. Acara namatan juga merupakan tradisi yang aktif dilaksanakan oleh umat islam sasak.[1]

Acara namatan dilaksanaan pada saat perayaan maulid nabi di masjid atau musholla pada bulan Rabi’ al-  Awwal untuk mengenang serta memperingati kelahiran Nabi, juga mempertahankan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Hampir semua desa di Kab. Lombok Tengah melakukan acara namatan pada bulan Rabi’ al- Awwal. Selain acara namatan, acara ngurisan dan nyunatan juga dilakukan pada bulan Rabi’ al- Awwal dan pada saat yang bersamaan.

Kebiasaan yang sering dipraktekkan selama acara namatan berlangsung adalah anaka- anak yang akan namatan al- qur’an duduk rapi di dalam masjid dan masing- masing membawa al- qur’an. Acara namatan dibuka oleh tokoh agama ( TGH, Ustadz ) kemudian secara bersama- sama membaca surah al- fatihah, selanjutnya membaca surah- surah yang biasa dibaca dalam acara namatan yaitu mulai dari surah at- takatsur sampai an- nas.

Setelah selesai membaca surah- surah tersebut, acara namatan ditutup dengan do’a yang berupa harapan- harapan agar anak- anak tersebut tetap berpegang teguh pada al- qur’an serta dapat mengikuti sunah-sunah Rasul.

[1] Mansyur, Zaenuddin. Tradisi Maulid Nabi Masyarakat  Sasak. 2005. Mataram: IAIN Mataram.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline