[/caption]selesai atau telah khattam membaca al- qur’an 30 juz dan sudah lancar membaca al- qur’an. Acara namatan juga merupakan tradisi yang aktif dilaksanakan oleh umat islam sasak.[1]
Acara namatan dilaksanaan pada saat perayaan maulid nabi di masjid atau musholla pada bulan Rabi’ al- Awwal untuk mengenang serta memperingati kelahiran Nabi, juga mempertahankan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Hampir semua desa di Kab. Lombok Tengah melakukan acara namatan pada bulan Rabi’ al- Awwal. Selain acara namatan, acara ngurisan dan nyunatan juga dilakukan pada bulan Rabi’ al- Awwal dan pada saat yang bersamaan.
Kebiasaan yang sering dipraktekkan selama acara namatan berlangsung adalah anaka- anak yang akan namatan al- qur’an duduk rapi di dalam masjid dan masing- masing membawa al- qur’an. Acara namatan dibuka oleh tokoh agama ( TGH, Ustadz ) kemudian secara bersama- sama membaca surah al- fatihah, selanjutnya membaca surah- surah yang biasa dibaca dalam acara namatan yaitu mulai dari surah at- takatsur sampai an- nas.
Setelah selesai membaca surah- surah tersebut, acara namatan ditutup dengan do’a yang berupa harapan- harapan agar anak- anak tersebut tetap berpegang teguh pada al- qur’an serta dapat mengikuti sunah-sunah Rasul.
[1] Mansyur, Zaenuddin. Tradisi Maulid Nabi Masyarakat Sasak. 2005. Mataram: IAIN Mataram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H