Lihat ke Halaman Asli

Ceritaku Belajar Bahasa Inggris Secara Autodidak

Diperbarui: 16 Juli 2021   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ceritaku belajar bahasa Inggris (pexels.com)

Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Itulah yang terjadi padaku. Sejak SD kelas 1 hingga kelas 6, aku tidak pernah belajar bahasa Inggris di sekolah. Bukan tanpa alasan. Sekolahku tidak memiliki guru bahasa Inggris.

Saat kelas 5 SD, aku mulai tertarik belajar bahasa Inggris. Aku meminta ayahku untuk membeli buku bahasa Inggris. Kala itu, jalan raya di desa kami belum bagus seperti sekarang ini. 

Jadi, ayahku tidak bisa pergi ke kota untuk membeli buku. Kami harus menunggu penjual buku yang datang dari luar kota ke sekolahku. Banyak buku sekolah yang ditawarkan. Mulai dari buku mata pelajaran umum hingga peribahasa, pantun, puisi, dan buku cerita lainnya.

Aku benar-benar bersemangat ketika memperoleh sebuah buku. Apalagi ketika pertama kalinya aku membeli buku bahasa Inggris. Meski saat kelas 5 SD aku belum bisa berbahasa Inggris sama sekali, aku selalu membaca buku tersebut. Bukan hanya di rumah, tetapi sampai ke sekolah pun buku itu kubawa. 

Apabila aku membaca buku tersebut ada beberapa teman yang meremehkan, tapi tak kuhiraukan. Hingga suatu ketika, ayahku mengajariku dasar-dasar dalam bahasa Inggris seperti personal pronoun (kata ganti orang) dan possessive pronoun (kata ganti kepunyaan).  Dua hal itu yang paling kuingat dari semua materi yang diajarkan ayahku. 

Semenjak itu, ayahku mulai jarang mengajariku. Hanya sesekali kami berbicara dalam bahasa Inggris. Maklumlah ayahku harus bekerja dari pagi, dan pulang pada malam hari.

Setelah itu, aku benar-benar belajar secara mandiri. Aku mencari buku-buku bahasa Inggris di perpustakaan sekolah kami, tetapi tidak satu pun kutemukan. 

Hari itu aku benar-benar kecewa. Rasa ingin tahuku perlahan buyar, tapi seketika kembali bersemangat mengingat bahwa bisa berbahasa Inggris adalah sesuatu yang menyenangkan. 

Apalagi tidak semua orang menguasainya. Aku hanya bisa menahan keinginanku dengan membaca satu buku bahasa Inggris yang kupunyai.

Sepulang sekolah, aku menceritakan hal itu kepada ibuku. Aku bersyukur memiliki ibu yang selalu mendengar curahatanku dan selalu menyemangatiku. Ibuku adalah pribadi yang sabar mendengar setiap perkataanku hingga habis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline