Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis

Wiraswasta

Amor di Bait Syair Tintaku

Diperbarui: 11 Oktober 2020   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri azis

Di tinta hitam syair aksara

Kutorehkan tentang rindu yang tersisa di serpihan luka hati
Di bentang luas semesta cinta
Kugantungkan secebis doa di antara lipatan setumpuk asa

Di warna pelangi sejuta rasa
'Ku pertaruhkan rinai jiwa di bilah-bilah tirani yang membasah
Merebah pualam pada tanah
Di mana bernaungnya jiwa
Kala bimbang rindu merancu di jeda luruh yang meruah

Tanamkan putik rasa agar puspa merona di lebur pucuk sari cinta
Ranumkan rindu berbuah agar manisnya rindu bagai madu dengan lebahnya
Simpanlah begitu rupa kelopak helainya agar kumbang senantiasa setia menjaga

Wahai amor yang menjelma di rahim tiap-tiap syair aksara hitam bertinta
Cabutlan anak-anak panahmu pada luka yang dalam berkarat di relung jiwa
Patahkan pula busur bidikmu di bait puisi yang darahnya memerah di luka cinta
Redamkan sendinya luka agar cinta merona bersama rindu yang menguntum

Ambigu resah merapalkan tentang rindu ketika tetes-tetesnya berubah menjadi embun
Dan tertinggal di antara ranting di pucuk-pucuk cinta

Kediri, 11 Oktober 2020
Buah karya: Abdul Azis Le Putra Marsyah

Catatan:

Amor= Cinta Berahi (berasal dari nama dewa asmara Amor dalam mitologi Yunani); asmara: ia sedang terkena panah

Tirani= Di Bawah kekuasaan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline