Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis

Wiraswasta

Matahari Timur

Diperbarui: 9 Oktober 2020   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi matahari terbit, by pixabay.com

"Perlahan malam beranjak pergi. Suara-suara jeritan ditingkap air mata. Sepanjang jalan reruntuhan duka menjelma memohon restu.

Restu sejarah tua yang pernah mendampingi kemerdekaan ini. Restu sepasang bakti pada arti sebauh perjuangan. Restu yang dipenuhi puluhan misteri."

Matahari Timur
_________
Di ujung timur matahari akan terbit
Jutaan juang bercucuran ikut terlibat
Cuaca memangkas
Gong kehancuran telah terlepas

Matahari akan kembali
Ia penuh sepi
Tumpah menjadi sunyi
Undang-undang polusi rampok pribumi

Matahari akan hadir
Sidang setan berkelakar
Perjuangan menyisir
Sihir cipta kerja muncul tanpa akar

Matahari telah terpisah
Isak tangis membuncah
Investasi mengguncang pecah
Orang besar mabuk rupiah

Matahari telah malu bersinar
Cahayanya memar
Palu waktu bergeser
Ini bukan lagi tentang takdir

Matahari sudah robek
Panas dibibir kepal
Ban-ban mengepul
Hujan masa akan tertumpuk

Matahari mulai kaku
Maka bersatulah atas nama air mata ibu Pertiwi
Atas nama noda cinta merah putih
Sampai kita membiarkan ini berlalu dan ikut menyepakati

Kita adalah pengkhianatan perjuangan para leluhur
Kita membiarkan Ibu kita diranjangi anggota-anggota dewan
Telah kita lalui ribuan matahari
Dari terbitnya yang sengit hingga beribu janji

Beritakan dan ambil apa yang sudah bukan lagi kesepakatan
Kita belum terlambat
Matahari akan terbenam dan terus terbenam

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline