Tuan
Sebelum aku mengenalmu
Aku percaya
Bahwa defenisi cinta
Adalah kasih sayang
Berlanjut cita-cita masa depan
Dan berganti pasangan
Yang tak lagi sesuai dengan kenyamanan
Tuan
Hingga akhirnya kau datang
Menemuiku dalam rupa sederhana
Yang mengetuk pintu hatiku dengan keluguan, kelucuan, bahkan kebuncitan perutmu itu
Tak seperti barisan pria yang pernah mampir
Tuan
Perlu kau memahami
Alasan aku menerimamu hanya satu
Kau adalah orang yang berbeda
Yang berhasil membuatku luluh di hadapanmu
Tuan
Seiring berganti musim yang berlalu
Aku menyadari satu hal darimu
Bahwa kesetianmu tiada taranya padaku
Yang membuatku tambah bersyukur
Menjadi kekasihmu seorang
Tuan
Darimu juga aku mulai belajar
Menerima sebuah fakta
Tentang hidupmu yang penuh bahaya
Karena menjadi orang yang dicari-cari
Karena bait-bait puisimu yang liar
Perihal kau seorang jalanan
Yang menentang barisan penguasa
Tuan
Kini hatiku mulai tertimpa kalut
Rupanya aku bukan sosok yang kuat
Menerima keadaanmu sekarang
Sebab aku membutuhkan perhatian darimu
Walau itu sebatas pesan seluler
Bukan sikap misteriusmu yang sekarang
Yang jarang memberikan kabar
Dengan alasan panggilan minoritas
Tuan
Aku memahami pribadimu
Yang berjuang atas nama kebenaran
Tapi kau juga harus tahu
Bahwa suatu hubungan harus butuh kepastian
Tatkala aku yang membacakan bait rindu
Kau acuhkan dengan dingin
Tuan
Aku tak memaksamu
Tapi maaf,
Mata ini sudah tak kuat menahan cemburu
Kepada teman-teman yang leluasa bercengkrama
Dengan kekasihnya
Sedangkan aku hanya bisa menahan hati pada rindu
Yang berkecamuk
Tuan
Tolong luangkan waktumu
Walau itu hanya satu detik
Jangan kau membiarkan aku bertahan
Untuk hubungan ini
Karena kata-kata terlanjur
Tanpa kebahagiaan setimpal
Tuan
Semoga kau memahami semua ini
Aku percaya kau setia
Begitu juga aku yang setia
Dan jika kau masih memegang egomu
Dengan alasan keselamatan diriku
Perihal, orasimu selalu bertemu stigma
Dengan water canon aparat
Maka, biarkanlah aku memaksa
Ikut serta denganmu
Karena aku tak mau jauh dengan sosokmu
Meskipun aku harus menemui kematian
Sebab hati dan raga ini telah menjadi milikmu seutuhnya
Kediri, 11-12 September 2020
Buah karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)