Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis

Wiraswasta

Retak Lima Garis Malam Menjadi Syair Duka

Diperbarui: 1 September 2020   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Docpri @supriyadi0215

Menggema suara perih bertakdir lara
Seisi hutan menjerit memanggil hujan
Jejak purnama tumpah pada mata selebar tampah
Rayuan tak luput dalam kebencian yang kau hasut
Bapak tau, anakku bukan kaum adam yang lemah dan gampang dirayu

Nak, indonesia sudah semrawut,
Siapa kuat dia malah takut,
Otot kawat siapapun menjadi pengecut

Nak,kasihan burung garuda telah banyak kutu
Dia lemah bersimpuh darah
Garuda tak lagi gagah

Nak, dengar bapak!!
Retak lima garis malam menjadi syair duka
Sajak liar yang kau tulis teruntuk sebutan tuan
Ranting saja enggan jatuh karena lara
Apa ia merasakan sama, kala hatinya sudah menjadi setan?

Nak, lekaslah bangun dari mimpi
Indonesia maju bukan karena adanya elegi
Tapi dari asa pemuda pemudi
Nak, Tegaplah melangkah bersama hati!!

Nak, ludahmu yang terlontar
Akan diingat sampai ajal
Tuhan tak buta, Nak

Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
31 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline