Lihat ke Halaman Asli

Abdul Azis

Wiraswasta

Amarah Darah yang Memerah

Diperbarui: 29 Agustus 2020   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Docpri: Abdul Azis le putra marsyah

Luapan amarah yang tercermin dari wajah yang memerah.
Gambaran kebencian bukan kekecewaan terhadap harapan yang punah.
Yah..
Jangan marah kalau aku tak amanah
Aku sudah besar dan tau arah
Jalan kebaikan tak selalu bercucur darah, yah.
Izinkan!, kalau aku memang anak ayah
Untuk selalu menentang gembok pemerintah
Sampai kita tak lagi menjadi sapi perah; dijajah

Yah,
Maafkan anakmu bila patuhnya tak abadi
Bukan maksud untuk mengkhianati
Hanya aku ingin mengabdi
Pada negeri yang kian lama kian tak nyawiji
Yah, do'amu dulu aku harus menjadi anak bernyali
Ini akan segera terbukti

Yah,
Salam untuk nenek di Surga
Bahwa cucunya telah dewasa
Yang masih tegak menantang Indonesia
Dari carut marutnya aturan penguasa
Hingga kini semua berduka nelangsa
Bilang ke nenek bahwa aku akan jadi penentang
Karena kata tetangga kami belum merdeka

Buah Karya: Abdul Azis (Le Putra Marsyah)
Kediri, 29 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline