Jepang merupakan salah satu negara di Asia dengan tingkat perekonomian yang maju. Tidak heran jika Jepang mendapat julukan sebagai negara investor. Jepang mulai membangun ekonomi negaranya sejak tahun 1955 dengan memfokuskan pada peningkatan teknologi dan investasi di bidang industri. Langkah yang dilakukan oleh Jepang tersebut ternyata membawa dampak positif terhadap perekonomian. Dampak positif tersebut berupa peningkatan produktifitas pada industri dan pendapatan pada masyarakat Jepang yang mulai perlahan naik.
Meluasnya industri yang terjadi di negara Jepang ternyata membawa permasalahan baru. Bentuk permasalahan tersebut seperti sempitnya lahan dalam pengembangan pabrik, tenaga kerja yang kurang memadai, bahan baku yang mulai sulit ditemukan di Jepang, dan adanya tuntutan publik terkait masalah lingkungan. Dari berbagai macam permasalahan yang dihadapi Jepang, mengharuskan Jepang dapat mengambil alternatif baru dalam pengembangan industrinya.
Alternatif yang dikeluarkan Jepang dalam mengembangkan perluasan industrinya ialah dengan Penanaman Modal Asing / PMA ke luar negeri. Negara berkembang termasuk Asia Tenggara menjadi tujuan Jepang dalam melakukan investasinya. Indonesia menjadi salah satu negara di Asia Tenggara yang menjadi tujuan investasi Jepang. Investasi Jepang ke Indonesia tentu sama-sama diharapkan oleh kedua belah pihak untuk saling menguntungkan satu sama lainnya.
Jepang saat ini menjadi mitra dagang penting bagi Indonesia dalam hubungan ekonomi. Tidak hanya sebagai mitra dagang, Jepang juga termasuk sebagai negara dengan investor terbesar ke-empat di Indonesia. Sepanjang tahun 2022, Penanaman Modal Asing Jepang di Indonesia sebesar US$ 2.770 juta. Tentu PMA yang digelontorkan Jepang untuk berinvestasi di Indonesia bukanlah angka yang sedikit, melainkan angka yang besar sebagai bentuk keseriusan Jepang dalam melakukan investasinya.
Fokus dari PMA Jepang di Indonesia ialah pada bidang industri manufaktur. Dari sekian banyaknya industri manufaktur Jepang di Indonesia terdapat satu industri yang sangat menonjol bahwa industri tersebut berasal dari jepang. Industri manufaktur tersebut ialah berasal dari industri otomotif. Sepanjang tahun 2017-2022, industri otomotif Jepang di Indonesia berada di urutan kedua dengan total US$ 3,4 Miliar dibawah sektor industri listrik, gas, dan air.
Industri otomotif Jepang di indonesia meliputi dua jenis tipe kendaraan. Kendaraan roda empat (penumpang) dan kendaraan roda dua yang cukup mewarnai otomotif di Indonesia. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Gaikindo, sepanjang tahun 2022 industri otomotif Indonesia di dominasi oleh kendaraan pabrikan dari Asia yaitu Jepang. Kendaraan mobil merek Toyota menjadi merek Jepang yang menduduki posisi teratas dengan tingkat penjualan terbanyak sekitar 44.093 unit. Dibawah Toyota juga terdapat Daihatsu dengan penjualan sekitar 30.628 unit, Mitsubishi Motors dengan penjualan sekitar 20.650 unit, Honda dengan penjualan sekitar 16.205 unit, dan Suzuki dengan penjualan 13.465 unit. Dari catatan yang dikeluarkan oleh Gaikindo di atas memberikan suatu highlight bahwa otomotif pabrikan Jepang lebih mendominasi dan diminati oleh masyarakat Indonesia dari pada otomotif pabrikan Eropa dan Amerika Serikat.
Sepak terjal kesuksesan investasi Jepang dalam melakukan Penanaman Modal Asing / PMA tidak terlepas dengan penerapan sistem keiretsu. Sistem keiretsu / keiretsu network merupakan sistem jaringan perusahaan dengan jangkauan luas kompetensi terpisah tetapi kepemilikan saham masih saling terkait, afiliasi cabangnya luas sampai berada di setiap negara mulai dari pasokan, perakitan, hingga industri manufaktur berskala besar. Sistem keiretsu sebenarnya sudah sejak lama diterapkan oleh jepang dalam menunjang perekonomian negaranya. Sistem keiretsu ini mulai di implementasikan oleh Jepang pasca Perang Dunia II silam.
Sistem keiretsu Jepang membawa pengaruh bagus bagi jepang dalam memapankan perekonomiannya. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatan pihak asing yang mendapat hambatan dalam memasuki perindustrian Jepang dan kekuatan jaringan yang telah terstruktur mampu membawa Jepang secara aktif dan agresif ke lingkup bisnis internasional melalui investasi ke negara lain. Maka tidak heran jika Penanaman Modal Asing yang dilakukan Jepang di Indonesia khususnya dalam bidang otomotif mampu menjadi market leader / menguasai pasar otomotif di Indonesia.
Keiretsu Jepang dalam bidang otomotif sekilas hampir memiliki kemiripan dengan sistem assambly line dimana proses pembuatan barang serta komponennya dibuat oleh perusahaan cabang atau sentral dari negara lain sehingga proses pembuatannya lebih cepat. Walaupun demikian, sistem keiretsu tidak bisa disamakan secara akurat dengan sistem industri manufaktur negara manapun. Hal itu dikarenakan sistem keiretsu memiliki susunan atau struktur khusus yang berawal dari bank yang sama.
Banyaknya otomotif pabrikan Jepang di Indonesia juga tidak terlepas dari hubungan kemitraan antara Pemerintah Jepang dan Indonesia. Tepat pada tanggal 20 Agustus 2007, Pemerintah Jepang (Perdana Menteri Shinzo Abe) dan Pemerintah Indonesia (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) mewujudkan suatu kesepakatan kerja sama mengenai kemitraan ekonomi. Bentuk kesepakatan kerja sama ekonomi tersebut bernama IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement).
Sejak diberlakukannya IJEPA, bentuk kesepakatan kerja sama dalam bidang ekonomi tersebut telah berhasil di dalam lima sektor industri. Sektor tersebut ialah konservasi energi, elektronik, molding-dies, pengelasan, dan otomotif. Di dalam sektor otomotif, Indonesia memiliki keinginan kepada Jepang supaya memberikan dukungan penuh kepada Indonesia untuk menjadikannya production based kendaraan mobil dan kendaraan sepeda motor.