Film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan saja, akan tetapi dapat dijadikan sebagai media dakwah juga. Ada berbagai film yang didalamnya memuat pesan-pesan dakwah, diantaranya yaitu Film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Salah satu pesan dakwah yang terkandung didalam film tersebut adalah mengenai berperilaku yang baik terhadap tetangga. Namun, tidak hanya film panjang saja, film pendek pun juga dapat menjadi suatu media dakwah dengan memasukkan pesan-pesan dakwah didalam ceritanya. Nah, salah satu film pendek yang mengandung pesan-pesan dakwah yaitu Film Pendek berjudul "Nilep" yang artinya mencuri.
Film Pendek Nilep ini diproduksi oleh Ravacana Films yang mana merupakan sebuah rumah produksi asal Yogyakarta. Film ini disutradai oleh Wahyu Agung Prasetyo yang pada saat itu ia masih sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Meskipun Film Pendek Nilep ini hanya berdurasi 9 menit 8 detik, namun ada banyak hal yang terkandung didalamnya seperti tentang pertemanan, rasa simpati, rasa memaafkan, dan sebagainya.
Film ini menceritakan tentang anak kecil bernama Bayu dan Pandi yang mencuri dari seorang penjual mainan keliling saat temannya yaitu Ipeh dan Rindho sedang membeli sebuah undian berhadiah dari penjual mainan tersebut. Namun, ketika mengetahui kedua temannya itu mencuri, Ipeh dan Rindho langsung saja menasehati agar mengembalikan barang yang dicuri kepada penjualnya. Tapi sayangnya Bayu dan Pandi tidak mau mengembalikkan barang curian itu. Karena tidak ingin temannya itu berdosa akibat mencuri, Ipeh dan Rindho bersikeras menyuruh kedua temannya itu untuk mengembalikan barang curian tersebut. Sehingga pada akhirnya Ipeh dan Rindho membawa kedua temannya pergi ke rumah penjual mainan yang barangnya dicuri. Disana Ipeh dan Rindho memperlihatkan betapa sederhananya rumah si penjual mainan tersebut. Kemudian Bayu dan Pendi merasa kashian dan luluh, lalu mereka ingin mengembalikan barang sudah dicuri. Akan tetapi, karena mereka takut akan dpukuli oleh penjual mainan itu, Bayu dan Pendi akhirnya memilih untuk pulang saja dan tidak jadi mengembalikan barang tersebut. Keesokan harinya, barang yang mereka curipun dikembalikkan dalam bentuk paket melalui tukang pos. Tidak hanya itu, didalamnya pun mereka selipkan secarik kertas bertuliskan permintaan maaf karena mereka sudah mencuri barang dari penjual mainan tersebut.
Cerita dalam Film Pendek Nilep ini menarik, ringan dan mengandung banyak pesan-pesan dakwah didalamnya. Ide cerita dari film ini yaitu tentang kepolosan dan juga kenakalan yang dimiliki oleh anak-anak. Meskipun film ini menceritakan tentang aksi pencurian yang dilakukan anak-anak, namun ada banyak sekali hikmah serta hal-hal positif yang terdapat dalam film ini seperti tentang kejujuran serta rasa tanggungjawab. Sebuah film yang bercerita tentang anak-anak selalu memiliki point tambah tersendiri. Mengapa? karena ceritanya yang selalu menarik untuk diangkat serta bisa diterima oleh segala kalangan usia mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Film pendek ini juga dapat menjadi pengingan bagi orang-orang dewasa tentang masa-masa kecilnya dulu.
Dalam proses pembuatan film ini pasti tidaklah gampang, apalagi perannya adalah anak-anak kecil sehingga membutuhkan banyak kesabaran dalam mengatur mereka. Film ini disajikan dengan latar belakang pedesaan yang sangat asri. Selain itu, penggunaan Bahasa Jawa disetiap dialognya juga menjadi daya tarik serta ciri khas dari film pendek ini. Meskipun menggunakan Bahasa Jawa, film ini memuat terjemahan dari setiap dialog yang diucapkan. Sehigga film ini tetap dapat dinikmati dan dimengerti alur ceritanya oleh semua penonton.
Walaupun terdapat adegan yang kurang baik, namun banyak pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam Film Pendek yang berjudul "Nilep" ini, diantaranya:
- Tolong Menolong
- Berterima Kasih
- Berempati
- Jangan Membalas Perbuatan Jahat dengan Perbuatan Jahat Juga
- Menolak Kemungkaran
- Jangan mencuri
- Menyegerakan Perbuatan Baik
- Memeriksa Kebenaran Suatu Informasi
- Mengucapkan dan Menjawab Salam
- Meminta Maaf dan Memaafkan
Semoga semakin banyak karya-karya yang mengandung banyak nilai bermanafaat yang ditujukkan kepada masyarakat baik dari segi nilai-nilai islami maupun nilai-nilai moral. Karena sebuah film tidak hanya ditujukkan untuk hiburan semata saja, namun juga dijadikan sebagai pembelajaran yang dapat mempengaruhi perilaku penontonnya. Masyarakat pun diharapkan dapat mengambil nilai-nilai positif yang terkandung dalam setiap film yang ditonton serta dapat memilah dan memilih film-film mana saja yang sekiranya baik untuk ditonton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H