Lihat ke Halaman Asli

Karena Kita adalah Burung

Diperbarui: 23 Januari 2022   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita adalah burung yang bebas merdeka (foto: Leonardo Tsm )

Kita telah mulai kebingungan di alam dunia bertabur maju. Mau ke mana tak tentu  mengepak sayap. Terbang ke langit kaki  gemetar hilang berani
Bila ke laut akan disambar hiu yang tak pernah kenyang
Bertengger di hutan  tak lagi nyaman
Rimba tlah lama tak lagi perawan
Deru  mesin  penggundul kayu tak henti mengoyak sepi hingga maghrib
Asap mengepul menyesak nafas oleh belukar terbakar
Buah hutan hangus bertabur hilang rasa
Raja hutan raib entah di mana ke mana
Hidup merdeka tetap dipunya, ke mana suka siapa larang
- kita masih punya merdeka 'nak, kita tak sudi bersangkar emas
- tapi kami takut Bu, rumah kita digundul maling
***
 Elang putih terbang mengambang di bawah langit biru
Rumah di pohon tinggi tlah lama putus ajal
***
Hijau gunungan, hijau daunan perlahan menguning kerontang
Dunia terasa pengap menyempit
Gelombang migrasi antar benua siapa peduli
Hutan terpangkas kapan tumbuhnya
Hidup merdeka tetap dipunya, ke mana sudi tak siapa cegah
- Mari anak-anak kita pindah ke puncak gunung mumpung mesin gergaji belum sampai ke sana
Burung jenaka singgah di tiap senjakala di pohon tak berdaun
Menunggu gulita malam merayap memudar cahya...
Dan hujan turun menabur dingin
Tak apa nak, selagi kita masih punya sayap teruslah terbang , bahkan ke ujung rimba paling jauh dan sunyi...
Karena kita adalah burung yang bebas merdeka, bukan manusia
( lembah sunyi Minggu petang 230122 )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline