RAMLI menatap tubuh sintal yang setengah terbujur lemas di jok belakang Fortuner. Ini pemandangan indah yang sayang dilewatkan. Meski sudah terbiasa melihat postur gadis cantik di pub,kafe,atau di diskotik, tapi yang satu ini sungguh membuat Ramli seperti sesak nafas. Ia menikmati tubuh wangi dengan lekuk-lekuk erotis itu, seakan menelanjangi gadis itu dengan imajinasinya. Ramli mereguk air ludahnya. Rokok bercampur ganja yang baru selesai disedotnya, membuat fantasi khayalnya membaram
Dirgo yang mengemudi melirik dari kaca spion. Kadang Dirgo muak melihat tingkah rekan yang satu ini. Ramli pasti naik nafsu.Dirgo melirik Tonny di sampingnya, berkata pelan," Kurasa bos lebih pantas dekat gadis itu."
Tonny berpaling ke Dirgo,lalu menoleh ke belakang. Ramli dilihatnya meraba kaki Nika yang dibalut celana jins ketat.
Tonny mengerti maksud Dirgo. Dia tahu betul Ramli paling brengsek menyangkut gadis cantik bertubuh seksi. Tony juga tak jauh dari sifat Ramli,tapi ia mengekang diri,karena sadar itu menyalahi kepercayaan Vera pada dirinya.
Tony kembali menoleh ke belakang. Jemari Ramli sudah merayap naik dari betis gadis itu ke paha. Meremas-remas. Dan Ramli tak mau tau temannya di depan melihatnya.
"Stop..." kata Tony.
Dirgo menginjak rem.
TONY keluar dari mobil lalu membuka pintu jok tengah."Keluar dulu kamu Ram..."
Ramli tak mendengar. Tangannya masih mengelus-elus paha gadis itu.
" Keluar kamu Ram."
Ramli berpaling.