Lihat ke Halaman Asli

Tak Kubiarkan Cintaku Berakhir di Tuktuk (108)

Diperbarui: 20 November 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

CATATAN: Memasuki episode akhir dari kisah cinta ini, penulis mengubah judul tampilan menjadi "Tak Kubiarkan Cintaku Berakhir di Tuktuk" terhitung tayangan nomor 108. Perubahan judul ini hanya sebagai penguatan karakter tokoh secara emosional, tanpa mengubah subtansi. Salam, penulis.

* * * * *

PERJALANAN itu cukup melelahkan. Cukup jauh kaki itu membawa keduanya menyusuri pantai yang terkadang tanahnya lembek sehingga Riko dan gadis itu harus membuka sepatu.

"Akhirnya aku letih, Riko," kata Nika mendesah,lalu duduk di atas sebuah batu besar. Nafasnya terengah, dan menengadah melakukan pengaturan nafas.

"Aku juga letih, kita memang sudah cukup jauh berjalan," kata Riko seraya duduk di sisi Nikana. Diusapnya keringat di kening gdis itu dengan ujung jarinya, diusapnya hidung yang juga mengkilat oleh keringat.

Nika menengadah menatap Riko. Ada sinar aneh mewarnai bola mata itu. 

"Kenapa Nik, kamu baik-baik saja kan," kata Riko sambil memegang bahu Nika.

NIKA menggeleng." Aku baik-baik saja kok, cuma...kenapa ya...rasanya..."

"Rasanya apa Nika."

"Entah ya Rik, perasaanku seperti kurang enak." Nika meremasi jemari Riko. Ia menangkap ada sinyal kecemasan tergurat pada bola matanya.

"Itu perasaanmu karena capek aja sayang," kata Riko lembut seraya membelai rambut Nika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline