Lihat ke Halaman Asli

Dampak Lebaran di Tapanuli, Durian Jadi Rebutan Pemudik

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14071428461008544649

[caption id="attachment_351033" align="aligncenter" width="300" caption="Durian Pahae jadi rebutan pemudik di tepi jalan. Buah durian di daerah ini pas mulai musimnya bersamaan dengan liburan.(Foto:Kompasianer/Leonardo)"][/caption]

Ragam kesibukan warga di “bona pasogit” (kampung halaman) Tanah Batak saat menyambut liburan Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru, setiap tahunnya. Terutama mereka para perantau yang mudik ke kampung halaman masing-masing, menyebar ke segala penjuru. Ada yang dari Medan ke arah Sumatera Bagian Barat dan Selatan, dan sebaliknya. Meski tak seramai arus semrawut di jalan Pantura di Jawa, tapi arus lalu lintas sepanjang lintas Sumatera lumayan ramai. Termasuk kawasan Tapanuli Bagian Utara, yang mayoritas dihuni penganut nasrani. Momentum pulang kampung sekali gus juga menikmati berbagai lokasi wisata sesuai keinginan. Khusus lebaran Idul Fitri tahun ini, arus lalu lintas di kawasan ini cukup deras, melebihi lebaran tahun lalu. Bahkan Kota Tarutung yang dihuni mayoritas Nasrani, sejak Idul Fitri hari pertama hingga hari Minggu kemarin (3/8), terlihat sepi, tak seperti hari biasa.

Salah satu yang menarik adalah kebiasaan orang rantau menikmati ragam produk khas yang ada di kota-kota yang dilintasi, seperti di Tarutung,Balige, Siborongborong, dan kota lainnya di daerah ini. Meski tak seramai mudik ke daerah seperti Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah/Sibolga, paling tidak efek keramaian itu juga terasa di kota-kota seperti Tarutung, Balige, Siborongborong, yang menjadi kota utama di bagian utara Tapanuli.

Makanan cemilan khas Tarutung seperti “kacang Sihobuk” yang banyak dijajakan di pinggir jalan Silangkitang, juga laku keras. Terutama saat perantau mau meninggalkan daerah ini,atau saat mereka melintas di jalan raya Silangkitang menjelang Kota Tarutung, banyak yang memborong kacang garing khas Tarutung itu sebagai oleh-oleh untuk kerabat. “Saya membeli 30 bungkus untuk dibagikan buat tetangga di Jakarta,” ujar Abdullah Pane yang mudik dari Binjai menuju kampung halamannya Sipirok. Ia bersama isteri, dua anak dan 4 cucu, naik mobil Avanza, tampaknya melebih kapasitas. Koper-koper dan tas bawaan ditumpukkan di atas mobil.

Buah segar produk Taput seperti jeruk manis dan durian Pahae, juga menjadi rebutan para perantau yang jumlahnya diperkirakan meningkat menyambut Idul Fitri tahun ini. Penjual buah jeruk di Tarutung mengaku,buah dagangannya lumayan laku keras selama liburan ini, termasuk pedagang nenas asal Sipahutar yang sudah terkenal sebagai lumbungnya buah nenas. Demikian halnya penjual durian meraup untung besar karena durian jadi rebutan banyak orang.” Angka pangaranto do na gumodang manuhor durian,”(para perantau yang paling banyak membeli),” ujar P Hutabarat salah satu pedagang durian dari Simasom, Pahae, yang mangkal di persimpangan empat Kota Tarutung. Dengan mobil pikapnya yang bisa memuat 1.500 buah durian, katanya ia pernah tiga kali bolak-balik menjemput durian ke kampungnya Pahae. Kebetulan memang musim durian di sana baru mulai, meski belum pada puncaknya. Harganya juga masih spesial seperti kata Poltak seorang anak yang menjajakan duriannya di Pahae Julu.

Bahkan, banyak di antara perantau yang mudik liburan lebaran tahun ini, langsung pergi ke sumber produksi durian di kawasan Pahae. Wilayah yang dikenal penghasil durian terbesar di Tapanuli itu selain Sidikalang, sudah terkenal penghasil durian yang lezat. Banyak perantau langsung memborong durian ke arah Onan Hasang, Sarulla, dan Purba Tua, tiga daerah penghasil terbesar durian di kabupaten itu. Banyak pula terlihat sepanjang jalan Pahae, warga menjajakan duriannya di tepi jalan. Pokoknya seperti disebutkan Jesse Simanjuntak dan isterinya Heryati perantau asal Tarutung, liburan ke “bona Pasogit” (kampung halaman) ikut memanfaatkan waktu liburan pulang kampung meskipun dia bukan Muslim.”Sekalian mau jenguk kampong leluhur, dan mandi air soda di Parbubu,” katanya terkekeh. Pada hari kedua lebaran 29 Juli, tampak sepanjang jalan Pahae menuju Sipirok puluhan mobil pribadi aneka pelat dari berbagai daerah mangkal, untuk memborong durian. Ada yanag sekalian menyantap di tempat, seraya memborong banyak untuk dibawa oleh-oleh buat sanak keluarga.

Selain durian dan jeruk manis, kue “putu” dari Desa Simorangkir juga menjadi salah satu produk lokal yang laris. Kue putu yang terbuat dari tepung beras sudah ada di Simorangkir selama puluhan tahun.” Nunga masihol iba mandai putu ni Simorangkir, tinuhor majo godang,” (sudah rindu mencicipi putu buatan Simorangkir, kubelikan banyak), ujar ibu Hasibuan,istri seorang pengusaha di Bandung. Wanita berjilbab hijau ini menuntaskan liburan sepekan ke Padang, Sumatera Barat.Sama halnya dengan kue “ombus-ombus” di Siborongborong ikut menjadi salah satu produk yang lumayan laku selama liburan.

Saya mencatat, setiap lebaran Idul Fitri, banyak dampak positif tertinggal di kawasan Tapanuli Bagian Utara. Memang tak selalu durian sedang musim pas hari raya. Terkadang musimnya bulan Desember jelang Tahun Baru. Tapi terkadang juga bulan Mei atau Juli-Agustus seperti saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline