Lihat ke Halaman Asli

Kutinggalkan Cintaku Terkapar di Tuktuk (34)

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14173569581032292539

[caption id="attachment_379460" align="aligncenter" width="300" caption="ill: novel leonardo (flickr)"][/caption]

Angin mendayu-dayu berbaur gerimis malam, menyatu dengan alunan gitar dan suara Riko. Dua lagu nostalgia dari Charles Hutagalung membekas dalam di relung hati Nika,dan juga di relung hati empat gadis yang tidur bareng di rumah sebelah.
Norma, Binur, Santi, Ellis, terjaga dari tidurnya mendengar ada orang menyanyi di tengah malam buta. Empat gadis itu sering bertandang tidur bareng, suatu hal yang lazim di desa. Mereka juga sudah pernah mendengar Riko menyanyi saat bermalam di rumah Namboru Tiarma.
"Nor,Norma, dengar itu Riko nyanyi tengah malam,gila nggak itu anak," Santi setengah berbisik mengguncang-guncang Norma dan Ellis yang masih tidur nyenyak. Binur juga ikut terbangun dan mendengarkan dengan seksama.
"Ya itu pasti Riko, siapa lagi kalau bukan dia," bisik Ellis menggeliat duduk mendengarkan.
Anak-anak gadis di seputar desa itu memang keranjingan setiap Riko tarik suara. Mereka juga pernah ramai-ramai mendatangi Riko suatu malam saat Riko sedang memetik gitar di teras rumah namboru Tiarma. Mereka semua jatuh cinta dan tergila-gila, walau terus terpendam.
Norma membuka jendela kamar sedikit mengintip. Ia segera keheranan melihat ada gadis di samping Riko." Lihat,lihat itu Binur, ada gadis bersamanya, siapa ya." Mereka bergantian berdesakan mengintip dari jendela.
"Pasti pacarnya," desis Norma.
"Tapi sepertinya cantik ya Nor, siapa yah," Binur menimpali. Hatinya berdetak keras, langsung dilanda cemburu. Gadis yang baru dua tahun tamat SMA itu sudah lama cinta terpendam pada Riko. Tapi ia pasrah karena tahu Riko punya pacar di Tarutung.
"Pacarnya? Apa itu pacarnya yang di Tarutung ya," pintas Ellis memandang penuh perhatian.
" Gak tau ah,tanya sendiri," kata Binur mendorong Ellis yang mendesak tubuhnya sehingga mereka berimpitan.
" Eehn nampak kali pun kau cemburu, gitu aja marah," ellis merepet.
"Nggaklah yaaa, nggaklah ya," gerutu Binur tapi hatinya serasa terbakar.
"Pasti ada cemburumu dongn akui aja itu Binur," Suara Norma ikut meledek.
Yang namanya Santi jadi kesal." Apa mulut kalian itu tak bisa diam sih, urusan orang aja jadi ribut. Mau lihat Riko nyanyi ya diam dong."
Riko sedang menyanyikan satu lagi lagu lama yang pernah hit saat anak-anak gadis itu belum ada di dunia.
"Tidak cukup di dalam hati, sedih yang kini kurasa, sejak kau tinggalkan diriku, tiada hidup bahagia... pergi tanpa berita, tinggal sedih dan duka....
Lagu itu seakan menikam ulu hati Binur dan Norma yang sudah lama jatuh cinta pada Riko. " Aduh mati aku, dia nyanyikan lagu yang paling kusukai," gumam Norma terkulai.
Mereka terus mengintip, berharap ada sesuatu adegan romantis antara Riko dengan gadis di sampingnya. Tapi itu tak terjadi. Mereka melihat gadis itu diam saja menikmati nyanyian Riko.
"Kalau bukan pacarnya tak mungkin tengah malam begini berduaan begitu intim," komentar Ellis.
" Ya juga ya kak," timpal Santi.
Lalu Ellis tiba-tiba disusupi dugaan, mereka-reka." Atau, jangan-jangan Riko sudah mangalua, gadis itu dibawanya dari Tarutung ke rumah namboru Tiarma." (Nota: Mangalua = kawin lari).
Norma tanpa sadar terperangah mendengar ucapan Ellis. Perasaannya lemas seketika. Begitu juga Binur.Tapi mereka meredamnya.
Riko sudah berhenti menyanyi. "Sudah larut malam Nik, kurasa sudah waktunya tidur, lagian bisa masuk angin."
Nika sebenarnya masih ingin lebih lama menikmati lagu-lagu yang membuai itu. "Yah, makasih ya Rik sudah menghibur."
"Kapan-kapan kan masih ada waktu," kata Riko meletakkan gitar di pangkuannya.
Empat gadis di jendela hampir tak berkedip mengamati apa adegan selanjutnya. Apakah akan ada peluk atau cium mesra keduanya.Tapi apa yang mereka harapkan tak terjadi suatu apapun menjawab keingintahuan mereka. Riko dan gadis itu pun jaraknya tak begitu dekat sebagai lazimnya orang pacaran. Malah sepertinya ada jarak yang membatasi keduanya.
Norma dan tiga temannya heran sekaligus bingung. Berdua duduk di teras tengah malam, tapi seperti bukan sepasang kekasih. Sepertinya  bukan sedang pacaran. Lalu, siapa gadis cantik dekat Riko?
" Heran ya Lis," kata Norma ke telinga Ellis.
"Aku juga bingung," balas Ellis terus mengamati dari jendela yang sedikit terbuka.
"Kurasa bukan pacarnya,lihat saja sepertinya mereka saling segan dan canggung," bisik Santi.
"Jadi siapa ya, kok ada di rumah namboru itu," susul Binur.
"Ah, masa bodohlahm entah siapapun dia kenapa kita jadi pusing," omel Norma lalu hendak menutup jendela."Ayoh kita tidur lagi, aku jadi terganggu, tadi mimpi indah diperli anak muda paling ganteng sedunia,"
Tiga gadis lainnya membekap mulut dengan tangan menahan tawa. "Cemburunya hilang sudah," ledek  Santi.
" Cemburu? Ngapain aku kalian bilangin cemburu? memangnya aku ada kaitan apa dengan Riko,kok malah cemburu," Norma membela diri.
"Memang tak ada kaitan Nor, tapi kaitan bathin," Ellis hampir ngakak melihat tingkah Norma.
"Sssst,lihat itu mereka sudah masuk ke rumah. Tapi heran ya, sepertinya Riko segan terlalu dekat," bisik Ellis melihat Riko dan Nika masuk ke dalam.
"Aku sudah tahu rahasianya," kata Santi tiba-tiba acungkan jempol.
"Apa, coba," tanya Binur.
"Gadis itu bukan pacarnya, aku jamin seribu persen," sahut Ellis.
"Dari mana kau tau," balas Norma penasaran.
"Yan dari caranya dong, masak orang pacaran seperti orang marbao," kata Ellis tegas. (Nota: Marbao dalam istilah lokal = besanan, hubungan pantang).
" Ah ya sudahlah pusing amat, ayo bobo lagi," Santi menguap. Jendela ditutup kembali perlahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline