Lihat ke Halaman Asli

Akibat Hujan Ekstrim Petani di Desa Ini Gagal Panen

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1424096835356156564

[caption id="attachment_397420" align="aligncenter" width="300" caption="Bupati Nikson menapaki medan sulit berbatu menapaki wilayah yg diterjang banjir.(Dok.Leonardo/Hms)"][/caption]

Hujan sangat penting bagi pertanian. Tapi hujan juga bisa membawa kesusahan kepada petani bilamana frekuensi hujan berlebihan. Seperti terjadi di beberapa wilayah kecamatan di Tapanuli Utara, seperti Pangaribuan dan Tarutung. Kalau di Pangaribuan petani gagal panen akibat sawahnya diterjang banjir. Di Tarutung banyak petani harus mengulang bertanam padi karena sawahnya terbenam air, seperti halnya di kawasan Desa Hutabarat.Hutagalung, Parbubu.
Prihatin mendengar informasi itu, Bupati Nikson Nababan melakukan monitoring langsung ke lapangan.  Nikson Nababan meninjau  kondisi persawahan yang gagal panen akibat banjir di desa dua desa, yakni Desa Parratusan dan Desa Godung Borotan Kecamatan Pangaribuan. Sebanyak 43 KK menerima bantuan beras, dimana setiap jiwanya mendapat 400 gram perhari selama 14 hari (2 minggu), penyerahan bantuan bertempat di Gereja HKBP Parratusan Kecamatan Pangaribuan, Senin (16/2).
“Kondisi ini akan segera kita benahi, alat-alat berat akan segera turun kesini. Saluran irigasi ini akan kita tembok beton agar tidak jebol kembali, tetapi kita harus bersama-sama. Pemerintah sangat mengharapkan kesadaran masyarakat di desa ini untuk tidak menggali pasir dekat jalan atau jembatan. Jebolnya saluran irigasi yang menggenangi area persawahan warga disini membuat kegagalan panen. Untuk itu, kita berusaha membantu warga dalam pengadaan tanggap darurat berupa bantuan beras selama 14 hari bagi 43 kk,” ujarnya saat menyampaikan bimbingan.
Bupati menyampaikan bahwa pencanangan tahun 2015 sebagai tahun gotong royong adalah sebagai upaya untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan, menghilangkan sikap egois dan individualisme. Kita secara bersama sama membangun dan membenahi kembali daerah kita, “bersama kita bisa”. Kita akan cari saluran air yang bisa mengaliri sawah-sawah berupa embung. Senilai 8 milyar lebih dialokasikan dana untuk membangun kecamatan Pangaribuan. Untuk itu, diharapkan partisipasi kita semua dalam memanfaatkan lahan yang ada dan menjaga infrastuktur yang ada apabila nanti sudah dibangun. Parit-parit dipinggir jal agar tetap dijaga untuk berfungsi dengan baik, sehingga jalan-jalan yang sudah dibangun dengan hotmix tidak cepat rusak,” ujar dia menekankan.
“Pada kesempatan ini juga saya manfaatkan untuk mengajak masyarakat yang berkumpul saat ini untuk berlatih membuat pupuk kompos atau organic yang sangat bagus untuk segala jenis tanam-tanaman kita. Saat ini Kepala Kantor Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara Drs. Sofyan Simanjuntak beserta staf hadir disini untuk memberikan pelatihan cara membuat pupuk organic yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi hasil-hasil pertanian masyarakat di Kecamatan Pangaribuan. “Manfaatkan kesempatan ini dengan baik."katanya lagi.
Bupati Taput juga menyempatkan waktunya meninjau lahan  warga yang menghasilkan buah jeruk yang bagus dan mampu bersaing di pasaran. “Saya sangat mengharapkan warga disini mampu mengikuti penanaman jeruk ini sehingga kecamatan Pangaribuan bisa menjadi penghasil jeruk yang dapat diperhitungkan. Pemerintah juga akan mengapresiasi penanaman jeruk ini  melalui Perusda. Apabila nantinya harga jeruk anjlok, maka perusda akan menampung buah jeruk ini tanpa merugikan petani,” ujar bupati memotivasi warga yang antusias mengikuti pertemuan tatap muka itu.
Bupati Taput dalan kunjungannya didampingi Asisten II Parsaoran Hutagalung, Kepala Bappeda Indra Simare-mare, Kadis PUK Anggiat Rajagukguk, Kepala BP4K Sey Pasaribu, Kadis Perikanan Longgos Pandiangan, Kakan Ketapang, Kakan Satpol, Kabag Program dan Kabag Humas, Camat PAngaribuan dan Muspika.

Selain di Kecamatan Pangaribuan, banyak petani lainnya yang uring-uringan di wilayah yang baru mulai menanam padi antara bulan Desember dan Januari tahun ini. Sejumlah petani di Desa Hutabarat Parbaju Tarutung mengeluh, karena padi yang baru ditanami beberapa kali gagal akibat hujan deras, sehingga terpaksa mengulang. Itupun kalau masih ada cadangan bibit di persemaian. Ada petani yang sudah tiga kali menanam, terbenam juga. "Belum pernah kejadian seperti ini, hujan terus menerus, jadinya susah," ujar seorang ibu yang sedang mengalirkan air dari sawahnya yang tergenang air hujan. (Leonardo TS/Hms)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline