[caption caption="acmilan.theoffside.com"][/caption]Transfer musim dingin 2016 menyuguhkan pemandangan mengherankan dari kota Roma. Salah satu tim ibukota Italia tersebut yaitu AS Roma memutuskan untuk meminjam Stephan El Shaarawy dari AC Milan sampai akhir musim 2015/16. Hal ini tentu mengejutkan sebagian besar tifosi Roma mengingat dirinya gagal total di AS Monaco dan jarang dimainkan oleh AC Milan meski sempat bersinar pada musim 2012/13.
Namun, perjudian Roma berbuah sangat manis. Dalam laga debutnya yaitu saat melawan Frosinone ia langsung mencetak gol. Penampilan impresif El Shaarawy pun berlanjut. Kini dalam 6 laga saja, El Shaarawy telah mengoleksi 5 gol dan 2 assist. Bahkan di laga terbarunya yaitu saat berhadapan dengan Fiorentina ia menyumbangkan 1 gol dan 1 assist. Jumlah gol dan assist itu hampir mendekati torehan Edin Dzeko yang di awal musim dianggap sebagai striker yang dibutuhkan oleh Roma. Koleksi gol Dzeko adalah 6 serta assistnya adalah 3, torehan tersebut diperoleh Dzeko dalam 23 laga. Parahnya lagi, di paruh pertama musim, Dzeko hanya mampu sumbangkan 3 gol dan 1 assist.
Tentu di balik kegemilangan seorang pemain, terdapat faktor tertentu di balik itu semua. Salah satu faktor kesuksesan El Shaarawy di AS Roma adalah strategi Luciano Spalletti yang cocok dengan tipe permainan El Shaarawy serta penempatan El Shaarawy di posisi sayap kiri yang merupakan posisi aslinya.
Kini, El Shaarawy hanya perlu menjaga konsistensi performa. Namun, entah mengapa sejak kedatangan El Shaarawy, tim yang sebelum kehadirannya hanya mampu menang 2 kali dalam 10 laga dan setelah kehadiran El Shaarawy Roma menang 7 kali dalam 7 laga. Mungkin El Shaarawy adalah jimat keberuntungan Roma di sisa musim ini.
Namun, tinggal tersisa satu pertanyaan akhir yaitu apakah El Shaarawy akan bertahan di Roma atau ia akan kembali ke Milan? Hanya waktu dan El Shaarawy sendiri yang mampu menjawabnya
