Lihat ke Halaman Asli

Medan Dulu Gudangnya Penyair

Diperbarui: 10 September 2019   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan saya beberapa hari lalu bercerita tentang Medan Negerinya Para Ketua. Ini memicu inspirasi untuk mengarungi lebih jauh tentang Medan. Katakanlah semacam rubrik Medan Punya Cerita. Berisi informasi,atau hal-hal menarik seputar kota Medan. Dan kali ini saya buat Judul, "Medan Dulu Negerinya  Penyair".

Ada banyak penyair yang menjadi pelopor perkembangan sastra Indonesia. Mereka berasal dari Kota Medan, beberapa diantaranya; Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Sori Siregar, Hamsad Rangkuti,Nasjah Djamin,Iwan Simatupang, dll. Karya-karya mereka seolah tak lapuk dimakan zaman. Seperti," Aku "....ini binatang Jalang, dan dari sajak "Sia-sia" Chairil Anwar,  "Mampus Kau Kukoyak-koyak Sepi" seolah membuat para penyair kontemporer terasuki arwah "si binatang Jalang". Lalu kita akan dibawa ke kuburan oleh Sitor Situmorang lewat sajak "Bulan di Atas kuburan".

Sajak-sajak para pujangga kelahiran Medan, Sumatera Utara terpatri dalam buku-buku pelajaran sastra. Mewaris dari generasi ke generasi. Saya masih ingat waktu sekolah dasar guru meminta siswa untuk baca puisi dan yang kerap dibaca berjudul "Aku".

Ada Hamsad Rangkuti yang pernah menjadi salah satu tokoh majalah Horison. Sebagai salah satu majalah sastra di Indonesia yang sangat terkenal sepanjang sejarah. Hamsad Rangkuti banyak menulis cerpen yang proses kreatifnya lewat kerja melamun. Mungkin cerpennya berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya Dibibirku dengan Bibirmu" dimulai dengan lamunan.   Sebab menurutnya, dia adalah pengelamun yang parah. Hamsad lahir di Titi Kuning Medan

Medan dulu gudangnya para penyair,yang begitu melegenda dengan karya-karyanya. Dan bagi kelahiran di tahun 70 an,80 an sajak-sajak penyair Medan tak asing di sekolah-sekolah di Indonesia. Medan sebagai tempat berkarya,bekerja, dan domisili para penyair yang tidak hanya lahir di Kota Medan tetapi dari daerah lain di Sumatera Utara.

Medan dulu gudangnya para penyair. Sekarang? Apakah masih ada,kalau ada apakah masih sejaya yang dulu, sejaya para pujangga baru dari Medan. Mungkin saja banyak penyair Medan yang terus-menerus berkarya,namun tidak sepopuler zamanya Chairil Anwar cs. Atau memang karena tidak lagi banyak berminat dengan sastra.

#MedanPunyaCerita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline