Lihat ke Halaman Asli

Kisah Kurirku #1

Diperbarui: 27 September 2021   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Halo semuanya, bagaimana kabarmu ? semoga kita semua sehat selalu dalam masa ketidakpastian sekarang ini. Terisisa 2 hari lagi untuk menentukan apakah PPKM level 4 akan diperpanjang lagi atau tidak ? kalau feeling gue sih diperpanjang lagi, mungkin kali ini sistemnya cicilan seminggu-seminggu.

Ok diluar PPKM gue mau cerita, jadi gue baru keterima di salah satu politeknik Jakarta.  Jadi gue iseng-iseng daripada gabut di rumah, ya udah gue memutuskan untuk sampingan sebagai driver mr.speedy. Baru seminggu sih tapi lumayan lah, gue tau ini juga dari temen gue, jadi i want say thank you.

Walaupun baru seminggu tapi ada banyak cerita yang menarik dari setiap pengiriman barang. Mungkin kalau bagi gue menarik tapi kalau bagi lo engga. Jadi begini gue lebih suka kalau ngambil barang sama nganterin barang tuh ke perumahan komplek daripada perkampungan yang padat. 

Mengapa ? pertama vibesnya beda, kedua nomernya teratur, ketiga jalannya lebar, keempat nyarinya gampang, kelima biasanya dapet tips sih hehe. Kalau ga enaknya kadang pintu masuknya hanya difokuskan pada satu tempat saja, kedua kadang rumahnya yang gede ga ada bellnya.

Kita kulik satu satu, komplek perumahan tuh vibesnya enak banget, tempatnya sunyi tanpa keramaian, buat olahraga muter muter juga enak, dan kalau komplek perumahan tuh biasanya asri dan bersih, beda banget sama perkampungan padat penduduk yang gue temuin. Lalu enaknya lagi kalau nomernya teratur dan sudah ada bloknya, itu dah gampang banget nyarinya, misalnya ditengah nomer 10A disebelahnya dah pasti 11A, kalau di perkampungan kebanyakan ngacak dan membuat bingung sendiri dalam mencari alamat tersebut. 

Lalu akses jalan, kalau komplek dah pasti menang, kalau jalan lebar tuh enak bisa sambil nyantai lah sambil nyari alamat, kalau di perkampungan terkadang harus masuk gang sempit yang membutuhkan konsentrasi penuh, belum lagi kalau ada yang parkir sama buat hajatan nutup jalan, ambyar semuanya. Keempat nyarinya gampang, pake gmaps pun enak karena alamat seusai dan ada, kalau pdi perkampungan padat gitu suka ga sesuai ataupun harus nyari lebih dalem, tetapi itu adalah resiko yang harus diterima. Kelima bonus saja.

Tetapi diluar ini semua enak juga kok kalau harus narik sama nganter ke perkampungan. Ada satu hal yang bikin gue miris kalau harus nganter dari tempat yang elite ke tempat yang jelek. Rasanya hati ini sedih, kenapa ? karena ketimpangan itu bener-bener dilihat menggunakan mata gue sendiri. Dimana yang gue lihat masih banyak orang yang ga nyaman dengan tempat tinggalnya dan disatu sisi lagi ada yang bisa tertidur dengan nyeyak sepanjang malemnya. Ada juga jurang antara si kaya dan si miskin yang semakin lebar dan jauh, diperlukan sesuatu untuk bisa mengecilkan jarak tersebut. Dan gue rasa yang bisa memperkecil itu adalah dengan pendidikan yang bermutu serta perubahan mindset untuk selalu belajar dan berupaya maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline