Lihat ke Halaman Asli

Anak Nelayan, Atlet yang Terlupakan

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1333970306980556729

Kampung Nelayan, Kelurahan Belawan I Medan, Sumatera Utara, sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Medan. Terdapat banyak kisah prestasi mengenai olahraga dayung. Para pendayung tahun 1970-an hingga 90-an banyak yang berhasil hingga ke mancanegara. Di antara mereka, dengan prestasinya, ada yang diangkat menjadi PNS. Sebagai Kampung yang berada di atas air laut, kehidupan sejak kecil sudah harus beradaptasi dengan alam laut. Tak heran umur 4 tahun sudah bisa berenang. Bisa dikatakan, umumnya mereka harus bisa membawa sampan, baik laki-laki maupun perempuan. Dari kondisi alam dan kebutuhan transportasi sampan menjadi modal dasar sebagai atlet dayung . Mereka sudah ditempa sejak dini, dan untuk menjadi atlet dayung hanya butuh sentuhan, agar konsistensi sebagai atlet dayung terpelihara. Skill sudah pasti perlu ditingkatkan, apalagi fisik karena olaharaga dayung membutuhkan kekuatan kecepatan.

[caption id="attachment_180952" align="aligncenter" width="610" caption="dok. pribadi"][/caption]

Kejayaan negeri di laut, kini hanyalah sejarah. Tak ada yg bisa dibanggakan saat ini, meskipun harapannya tetap bisa dilakukan lagi. Selain potensi sumberdaya laut, ada hal yang luput dari perhatian yakni sumber daya manusia yang handal yang menggantungkan hidup, bertarung dengan ganasnya lautan. Mereka adalah nelayan, yang lahir dan menyatu dengan alam laut. Kekuatan potensi ini, mestinya bisa mengharumkan nama bangsa khususnya di bidang olahraga dan budaya. Jika Bulutangkis yang merupakan olahraga asli masyarakat India, bisa dikenal dan digemari dan raihan prestasi di Indonesia, sepakbola modern yang berasal dari Inggris menjelma sebagai olahragayang mendunia dimana para pemuda dari belahan dunia banyak hidup makmur dan besar dengan bola. Bagaimana dengan Indonesia dengan budaya maritimnya?

Prestasi Team Dragon Boat Indonesia di Sea Games 2011 lalu, bisa dikatakan mengalami kemuduran dibanding Myanmar. Padahal pada pesta Asian Games menyumbang 4 Medali emas, sekaligus menjadi bukti bahwa Indonesia pantas disegani. Bahkan menjadi pengobat atas keringnya perolehan medali saat itu. Sekarang, meskipun tuan rumah, team dragon boat kalah habis dengan Myanmar. Menurunya prestasi ini, mestinya menjadi sinyal agar olahraga yang sangat dekat dengan kultur maritim bangsa kita bisa tetap mendulang prestasi, sekaligus menjadi bukti bahwa Indonesia jaya di laut. Tentunya, proses seleski atlet dayung sudah harus dilirik mulai sekarang, dan harus difokuskan di wilayah-wilayah pesisir, yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Para anak nelayan yang terbiasa dengan ombak laut dan mengarungi laut dengan sampan merupakan modal dasar. Pengalaman saya bersama anak-anak di Kampung Nelayan (pemukiman dekat pelabuhan Belawan-Desa Paluh Kurau) membuktikan bahwa anak-anak umur 10 tahun sudah tangguh mendayung sampan. Bisa dikatakan kampung Nelayan adalah gudangnya Atlet dayung . Beberapa anak nelayan kampung nelayan sudah pernah berprestasi di tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Sayangnya, pembinaan olahraga dayung di Sumatera Utara bisa dikatakan kurang serius. Geliat olah raga dayung baru kelihatan jika ada event atau turnamen yang akan diadakan, artinya rutunitas latihan dengan siitem yang terjadwal dan selesksi altel daerah belum tertata baik. Jika diperluas lagi, olah raga dengan  penguatan budaya  maritim seperti polo air, renang, volly pantai, anak nelayan sudah punya modal dasar yang kuat. Hanya saja, sektor maritim khususnya pada komunitas juga masih belum banyak tersentuh program pembangunan terutama peningkatan kesejahteraan. Budaya maritim , masih dilihat dari segi komersialisasi sumberdaya perikanan, berikut jasa lingkungannya. Budaya maritim mestinya bisa dilihat dari banyak hal termasuk olahraga. Oleh karenanya, sudah saatnya bangsa ini memberikan perhatian besar di sektor kelautan dan pesisir. Kultur maritim dengan segala potensi yang ada baik SDA dan SDMnya harus bisa dioptimalkan dengan bijak.

[caption id="attachment_180953" align="aligncenter" width="616" caption="dok. pribadi"]

1333970338915247033

[/caption]

Nelayan tidak diragukan dalam arena perairan, kalau saja pembinaan olahraga renang dan sejenisnya dikhususkan pada nelayan, mungkin Indonesia akan banyak menghasilkan perenang yang tidak kalah dengan negara-negara Eropah dan AS yang masih unggul dalam kejuran dunia seperti Olympiade. Demikian halnya dengan Olahraga Kano dan Lomba Dragon Sampan. Namun, pemerintah Indonesia, dengan berbagai programnya terutama dalam pengentasan kemiskinan nelayan, masih hanya melihat sisi kemiskinan bukan potensi yang mereka miliki. Bagaimanpun juga, persoalan kemiskinan merupakan hal penting, namun tidak berarati bahwa potensi di bidang olahraga dan budaya tidak penting dalam mengangkat martabat nelayan. Dengan memberikan keseriusan dalam pembinaan dan pengembangan budaya pesisir, akan menimbulkan semangat kembali masa kejayaan negeri ini di laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline