Lihat ke Halaman Asli

Mari Mengenal Kitab Suci daripada Cepat-cepat Menuntut Pak Dosen

Diperbarui: 13 April 2018   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika Pak Dosen Filsafat menghebohkan khalayak banyak dengan ungkapan Kitab Suci Fiksi, saya mencoba mengecek arti kitab suci menurut KBBI. Saya menemukan bahwa artinya : Wahyu Tuhan yg dibukukan. Sedangkan arti Fiksi adalah Cerita Rekaan, bukan kenyataan.

Sebagai seorang Kristen saya tentu mengerti bahwa Alkitab Kristen tersusun dari banyak sekali kitab yang ditulis oleh para penulis yang berbeda jaman dan latar belakang masyarakatnya. Sayapun menyadari bahwa yang dikatakan Wahyu Tuhan bukanlah semata-mata bisikan roh ke telinga penulis lewat mimpi-mimpi yang secara mekanis-magis-mistis didiktekan.

Tetapi wahyu itu utuh mendayagunakan semua aspek kemanusiaan penulisnya. Itulah kenapa Matius Lukas Markus Yohanes bisa berbeda-beda cara menceritakan Hidup Yesus Orang Nasaret. Demikian pula dengan para penulis kitab Tanakh (Taurat, Kitab Nabi-Nabi, Kitab Kata-kata Bijaksana yg kemudian disahkan sebagai Suci oleh ulama), semuanya itu bukanlah Wahyu Tuhan yang didiktekan secara mekanis-magis-mistis tetapi Wahyu yang tetap hadir secara utuh melalui kesaksian dan karya tulis manusia yang fana.

Alkitab kaya akan Narasi. Buku ini bukan seperti KUHP yg berisi pasal hukuman dan pahala, tetapi sebaliknya penuh Kisah. Kisah yang secara khusus mempersaksikan Naik Turunnya Hubungan Tuhan dengan UmatNya. Hubungan yang didahului oleh Maha Besarnya Cinta Tuhan pada umatNya yang tak pernah bisa luntur walau dirusak oleh kejahatan umatNya.

Jika pembacanya kemudian mempercayai Tuhan yang dikabarkan dan disaksikan oleh Kitab itu maka akibatnya muncullah suatu pengakuan iman atau syahadat dari pribadi tersebut, yaitu pengakuan bahwa Tuhan itu sungguh Hidup dan Berkuasa. Jadi kapan Alkitab bukan lagi Fiksi ? Tentu ketika saya meyakini bahwa Tuhan Nyata seperti yang diceritakan buku itu.

Maka respons terbaik saya untuk Pernyataan Pak Dosen adalah : Saya menganggap Pak Dosen belum sampai pada Pengakuan Iman, dulupun saya mengalami tahapan itu. Akhirnya, saya tak tersinggung dan tak merasa dinista hingga ingin menuntut dia, karena Tuhan yang saya imani bukan Tuhan yang butuh pembelaan saya, atau butuh pengakuan saya, tetapi yang sudah nyata menyelamatkan saya, bahkan dunia ini, karena CintaNya. Tentu buat saya sudah bukan lagi Fiksi, tetaoi Suci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline