Lihat ke Halaman Asli

Leonard Davinci

Ketika Aku Menulis Maka Aku Ada

Surat "Cinta" Untuk Covid-19

Diperbarui: 28 April 2020   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:Suara.com

Wahai COVID-19…Sudah hampir sebulan ini engkau datang di negeri kami yang tercinta. Engkau ibarat tamu tak diundang, datang tanpa pemberitahuan, tanpa menampakkan bentuk fisikmu yang utuh. Ibarat The Slender Man, engkau sangat misterius dan menakutkan, karena bisa mematikan. Engkau membuat kami harus ekstra waspada, kami harus lebih berhati-hati. Banyak pekerjaan yang harus kami lakukan dari rumah, seperti belajar, bekerja dan berdoa pun harus dari rumah. Sudah banyak kegiatan-kegiatan, agenda-agenda besar yang harus dibatalkan. Banyak juga proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang harus dipending serta arus mobilitas transportasi, baik darat, laut dan udara juga dibatasi. Tempat-tempat keramaian dan pusat-pusat perbelanjaan, seperti pasar, mall, restoran, bioskop terpaksa harus ditutup untuk sementara waktu. Even-even keolahragaan, seperti Liga 1 Indonesia, Pro Liga Volley, Pekan Olahraga Nasional (PON) serta even-even lain pun dibatalkan. 

Engkau membuat kami harus melewatkan beberapa momen-momen penting. Sebahgian umat Kristiani harus rela menunaikan ibadah Tri Hari Suci dan juga merayakan Paskah hanya di rumah masing-masing, tidak bisa merayakan di gereja. Demikian juga dengan sebahgian besar umat Muslim, mereka dengan berat hati harus menjalankan sholat di rumah masing-masing pada bulan suci Ramadhan ini. Bahkan, pada saat lebaran, mereka tidak bisa mudik untuk berlebaran di kampung halamannya. Mereka pun harus berlebaran di rumah masing-masing, tanpa sanak saudara, keluarga, sahabat dan handai taulan tercinta. Begitu pula dengan umat beragama lain yang juga harus melewatkan berbagai momen penting dalam garis waktu yang merangkak maju dari denyut nadi kehidupan ini.

Wahai COVID-19…Kedatanganmu membuat kami sangat berduka. Sudah banyak sanak saudara kami yang menjadi korban keganasanmu. Mereka yang menjadi korban karena mengabdi sebagai tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat dan para medis lainnya. Ada pula para pejabat pemerintahan, Aparatur Sipil Negara (ASN), para polisi, Tentara Nasional Indonesia (TNI), para relawan sampai pada masyarakat biasa. Mereka pergi meninggalkan kami, pergi meninggalkan orang-orang yang dicintai dengan berbagai kisah pilu yang sangat menyayat hati. Selain yang meninggal, masih banyak juga yang sedang menderita sakit dan berusaha agar bisa sembuh seperti sediakala. 

Akibat keganasanmu pula, kami harus mengalami berbagai penderitaan dalam banyak hal. Selain menderita karena ada sanak keluarga yang telah meninggal dan ada yang sedang sakit, kami juga harus menderita kelaparan karena tidak bisa bekerja untuk mendapatkan rupiah demi memenuhi kehidupan kami. Banyak dari kami juga yang telah kehilangan pekerjaan, akibat harus menerima resiko dipecat, di-PHK dan lain sebagainya. Sebahgian dari kami yang bekerja sebagai tenaga medis serta relawan juga banyak kehilangan waktu dengan orang-orang di sekitar kami, dengan orang-orang tersayang, dengan kedua orang tua, dengan suami, dengan istri, dengan anak-anak, karena harus menghabiskan waktu dan energi untuk saling membantu yang berkekurangan, mengobati serta menyembuhkan yang sakit dan menderita.  

Wahai COVID-19…Sadarilah bahwa sebenarnya negeri kami ini sudah banyak dirundung masalah. Sebelum engkau datang pun kami sudah hidup sengsara, kami sudah hidup menderita. Anak-anak kami yang bersekolah sudah menderita karena harus berjalan kaki cukup jauh menapaki jalur yang curam, terjal dan berbatu, menyusuri hutan yang lebat, menyeberangi sungai yang deras demi menuntut ilmu. Kami juga sudah terbiasa bergulat dengan berbagai macam penyakit yang sangat mematikan, seperti malaria, demam berdarah dangue (DBD), tuberculosis (TBC), penyakit cancer dan masih banyak penyakit lainnya. Berbagai bencana alam pun kerap datang menghampiri negeri kami, seperti bencana kekeringan, gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir bandang, erosi, longsor dan lain sebagainya. Keseharian kami juga selalu diselimuti dengan berbagai masalah sosial politik, seperti busung lapar, narkoba, terorisme, informasi hoax, ujaran kebencian (hate speech), kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang semakin merajalela. Kesengsaraan serta penderitaan ini merupakan akibat dari kecerobohan kami dan juga kelalaian dari para pemangku kebijakan. Kami pun sedang berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kesengsaraan dan penderitaan yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini. 

Namun…Semuanya menjadi sia-sia. Hidup kami seperti terjerembab di dasar nestapa. Engkau membuat hidup kami menjadi tidak maksimal. Usaha kami menjadi tak berarti akibat kedatangan mu. Kami pun harus berupaya lagi semampu kami, agar bisa mempertahankan sisa-sisa nafas kehidupan yang masih kami terima dari Sang Pencipta.

Lihatlah wahai COVID-19...Hidup kami sengsara, kami sudah sangat menderita. Janganlah engkau menambah beban hidup kami. Kami sangat mengharapkan agar engkau segera pergi meninggalkan kami. 

Pulanglah wahai COVID-19…Kembalilah ke rimba mu seperti sedia kala, kembalilah ke alam mu seperti pada awal mula. Apabila ada kekhilafan, maafkanlah kami. Biarkan kami hidup bahagia seribu tahun lagi, meskipun masih ada banyak masalah yang menimpa negeri kami yang tercinta ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline