Lihat ke Halaman Asli

Leonard Leonard

Leonard Simangunsong

Memiliki Impian

Diperbarui: 23 Januari 2024   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://motivatorindonesia.net/ambil-risiko-bermimpi-lebih-besar-dan-berharap-besar.html

Bagian kedua dari persiapan yang harus diberikan kepada mahasiswa untuk menghadapi proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran tugas dan paksa adalah mendorong mereka memiliki impian. Impian seperti apa? Tentunya impian yang jelas, detail, dan berbatas waktu. Tidak abstrak seperti: ingin membahagiakan orang tua, ingin hidup bahagia, atau lain sebagainya.

Penulis memulai dengan memberikan cerita yang penulis dapatkan dari buku Chicken Soup for the Soul, yang kurang lebih demikian dituliskan di sana.

Seorang anak kecil bernama Robert yang berada di jenjang Sekolah Dasar bersama dengan temannya diberi tugas oleh gurunya untuk membuat rancangan baik dalam bentuk tulisan atau gambar mengenai apa yang ingin mereka capai 20 tahun dari sekarang. Mereka pun mulai menulis sesuai dengan isi hati mereka dan kemudian mempresentasikan apa yang telah mereka rancang. Ada siswa yang menulis ingin menjadi dokter, agar dapat mengobati orang sakit, ada pula yang ingin menjadi pilot, guru, dan lain sebagainya. Lalu, tibalah giliran Robert untuk mempresentasikan hasil rancangannya. Robert pun maju ke depan kelas membawa gambar besar yang telah dia buat dan mulai berbicara. “20 tahun dari sekarang saya ingin memiliki ranch (komplek peternakan) mewah di daerah California (daerah yang cukup mahal) dengan gambar seperti ini. Ada rumah di bagian tengah, dikelilingi kandang kuda, kebun, dan bagian-bagian lain.” Akan tetapi, sang guru memberikan respon yang sinis sambil berkata, “Robert, kamu itu orang miskin, impianmu terlalu besar untuk dicapai, tolong ganti impianmu atau kamu akan akan gagal dalam pelajaran ini.”

Robert yang mendengar hal itu sangat sedih dan kemudian pulang. Di rumah, Robert menceritakan semua yang terjadi di sekolah kepada ayahnya. Ayahnya kemudian memandang tajam kepada Robert dan berkata “jangan ada seorang pun yang membuatmu ragu dengan impianmu, kejar impianmu apapun risikonya!” Robert pun kembali kepada gurunya dan mengatakan tetap akan menjadikan itu sebagai mimpinya. Gurunya pun memberi huruf F merah pada rancangan Robert. FAIL.

20 tahun kemudian, sang guru mendapatkan undangan reuni. Dalam undangan tertulis bahwa sang guru akan dijemput di pagi hari dan akan dibawa ke lokasi reuni. Di hari yang ditentukan, datanglah mobil mewah untuk menjemput sang guru dan membawanya ke California, ke sebuah ranch mewah tempat seluruh siswa yang diajarnya sudah berkumpul. Begitu tiba, Robert pun menyambut sang guru dengan baik dan memintanya untuk masuk ke dalam rumah. Di depan semua orang, Robert lalu berkata kepada semua orang, “20 tahun yang lalu saya pernah menuliskan rancangan impian saya seperti ini, dan hari ini saya telah mewujudkannya.” Sang guru pun lalu berdiri, kemudian berkata “saya menyesal pernah meremehkan impian seorang anak kecil, hari ini saya mau katakan, bahwa tidak ada impian yang terlalu besar untuk diraih.” Sang guru semakin menangis saat dia melihat ada figura besar di dalam ruangan tersebut yang isinya rancangan Robert kecil lengkap dengan huruf F merah darinya.

Apa yang bisa kita pelajari?

Tidak peduli kita siapa, apa latar belakang kita, seberapa kaya atau miskin kita, atau seberapa pintar atau kurang kita, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi impian kita. Rancang impian kita dan kejar sampai segalanya terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline