Musim 2022/23 menjadi musim yang begitu indah bagi Napoli. Tim asal kota Naples ini mengakhiri musim sebagai kampiun Serie A setelah menunggu 33 tahun lamanya. Penantian panjang ini tidak lepas dari pergerakan cerdas di bursa transfer dan taktik jenius dari sang pelatih, Luciano Spalletti. Namun, menjelang musim 2o23/24 banyak kejadian dan rumor yang menimpa Napoli bahkan sebelum masa pra musim dibuka.
Mundurnya Sang Allenatore
Luciano Spalletti yang ditunjuk oleh Napoli pada musim 2021/22 untuk menggantikan Gennaro Gattuso terbukti mampu menjadi pelatih yang membawa Napoli menuju kejayaan. Di musim perdananya, Spalletti memang gagal membawa gelar ke Stadio Diego Armando Maradona namun pelatih satu ini sukses membawa Napoli menembus zona Liga Champions dengan membawa I Partenopei ke peringkat 3 Serie A pada waktu itu.
Musim kedua Spalletti bersama Napoli ternyata menjadi musim yang betul-betul membanggakan. Di ajang Serie A, Napoli tampil dominan dengan hanya menelan 4 kali kekalahan dan membuat jarak sangat lebar dengan sang runner up yaitu 16 poin. Tidak hanya itu, Napoli juga tampil sebagai tim dengan rekor mencetak gol dan jumlah kebobolan terbaik di liga.
Performa impresif pun ditampilkan Napoli dalam ajang kompetisi UEFA Champions League. Tim ini mampu tampil dominan di grup yang berisikan Liverpool, Ajax, dan Rangers dengan 15 poin atau hanya menelan 1 kekalahan. Spalletti juga sukses membawa Napoli melaju hingga babak perempat final yang sekaligus menjadi catatan sejarah bagi Napoli. Namun, langkah mereka di kompetisi tertinggi antar klub Eropa ini justru dihentikan oleh sesama perwakilan Italia, AC Milan.
Pasca membawa Napoli tampil impresif di berbagai kompetisi yang diikuti, Spalletti pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai manajer Napoli. Luciano Spalletti beralasan bahwa dirinya ingin beristirahat dari pekerjaan. Keputusan bulat ini pun sudah dibicarakan dengan sang presiden, Aurelio De Laurentiis.
Rehat ini pun diambil sesuai dengan klausul yang disepakati antara Spalletti dan Napoli bahwa apabila sang pelatih mengundurkan diri pada 2023 (klausul Spalletti berlangsung hingga 2024) maka sang pelatih tidak akan melatih tim lain selama 1 musim ke depan.
Menanggapi mundurnya sang pelatih, Napoli bergerak untuk mengamankan jasa manajer lain. Manajer yang ditunjuk oleh Napoli adalah manajer asal Prancis yang tengah melatih Al Nassr, Rudi Garcia. Garcia sendiri merupakan pelatih yang memiliki pengalaman di Serie A.
Rudi Garcia pernah menangani AS Roma selama 2,5 musim. Nama Garcia sendiri sebenarnya adalah pelatih yang cukup sensasional di mana pelatih satu ini sukses membawa Lille menjuarai kompetisi Ligue 1 dan Coupe de France pada musim 2010/11 serta menjadi French Manager of the Year pada 2011, 2013, dan 2014.
Dalam analisis dari The Cult of Calcio, penunjukkan Rudi Garcia tidak terlepas dari kesamaan filosofi antara Spalletti dan Garcia. Kedua manajer ini cenderung menyukai gaya sepakbola menyerang dan menguasai bola. Jadi, tim asuhan kedua pelatih ini bukan tipe yang menunggu di belakang dan melakukan counterattack dengan mengandalkan satu atau dua pemain depan.
Keduanya pun menyukai pemanfaatan lebar lapangan dan memanfaatkan para pemain depan untuk mengobrak abrik pertahanan lawan melalui pergerakan cepat para pemainnya. Di Napoli, kebutuhan ini terpenuhi dengan keberadaan Kvhicha Kvaratskhelia, Hirving Lozano, dan Matteo Politano di sisi sayap dan Victor Osimhen di lini depan. Tidak heran apabila Napoli menunjuk Rudi Garcia sebagai pengganti Luciano Spalletti.
Supermarket Italia
Satu hal yang menjadi kekhawatiran bagi klub-klub Italia adalah finansial tim Italia yang cenderung lemah. Hal ini menyebabkan lemahnya kemampuan klub-klub Italia (klub top sekalipun) dalam berbelanja pemain dan menggaji pemain. Sehingga belakangan, klub-klub Italia memang lebih banyak berperan sebagai supermarket bagi tim-tim dengan finansial kuat seperti klub Premier League atau tim papan atas dari negara lain seperti Bayern Munchen, PSG, dan Real Madrid.