Tahun 2023 atau lebih spesifiknya musim 2022/23 menjadi musim yang spesial bagi Manchester City. Tim berjuluk The Citizens ini menjadi tim terbaru yang sukses merengkuh treble atau 3 gelar dalam 1 musim kompetisi yaitu gelar Premier League, Piala FA, dan UEFA Champions League sekaligus menjadi tim kedua asal Inggris yang meraih prestasi tersebut setelah Manchester Unitednya Sir Alex Ferguson pada musim 1998/99.
Transfer Cerdas dan Strategi Cerdas Pep Guardiola
Mengawali musim yang bersejarah untuk Manchester City, seperti klub lain pada umumnya, Manchester City melakukan transfer pemain baik itu keluar maupun masuk.
Musim 2022/23 ini, Manchester City merekrut kiper Stefan Ortega sebagai backup Ederson dari klub Jerman, Arminia Bielefeld. Selain itu, mereka juga merekrut bek tengah Manuel Akanji dari Borussia Dortmund dan bek kiri Sergio Gomez dari Anderlecht. Di lini tengah, City merekrut Kalvin Phillips dari Leeds United yang sayangnya lebih banyak menjadi penghangat bangku cadangan.
Transfer terbaik Manchester City datang dari lini depan di mana tim asal Manchester ini merekrut striker muda nan mematikan dalam diri Erling Haaland dari Borussia Dortmund dengan harga "hanya" 60 juta Euro. Sebuah harga yang boleh dibilang cukup murah untuk striker sekelas Haaland yang bisa saja dihargai 100 juta+. Selain itu, untuk melengkapi lini depan, Manchester City juga menarik Julian Alvarez dari masa pinjamannya di River Plate.
Di saat yang bersamaan, Manchester City juga melepas beberapa pemainnya yaitu Gabriel Jesus dan Oleksandr Zinchenko ke Arsenal, Raheem Sterling ke Chelsea, Fernandinho yang pulang ke Brazil dan beberapa pemain lainnya yang baik itu dipinjamkan atau dilepas secara permanen setelah tidak mampu untuk menembus skuad utama Manchester City.
Nama yang cukup mengejutkan adalah dilepasnya Joao Cancelo ke Bayern Munchen pada bursa transfer musim dingin dengan status pinjaman. Cancelo disebut-sebut ingin hengkang karena ingin bermain secara reguler padahal pada periode ini pula The Citizens mengalami krisis bek sayap di mana bek sayap yang betul-betul berkualitas hanya menyisakan sosok Kyle Walker.
Namun, krisis ini menjadi ajang pembuktian bahwa Pep Guardiola adalah sosok yang jenius. Guardiola mengadaptasikan taktik baru dengan menggunakan 4 bek tengah dengan formasi 3 bek + 1 gelandang bertahan untuk mengatasi masalah ini.
Hal ini membuat Manchester City bermain dengan strategi 3-4-2-1 atau 3-4-3. Bek tengah yang digunakan adalah Ruben Dias, Nathan Ake, dan Manuel Akanji sebagai pengawal utama di lini belakang dan John Stones yang ditransformasikan oleh Guardiola sebagai gelandang bertahan.
Pemilihan John Stones sebagai gelandang bertahan tidak lepas dari kemampuan passingnya yang di atas rata-rata sekaligus dengan kemampuannya untuk mendistribusikan bola kepada lini tengah/depan. Strategi baru ini terbukti ampuh di mana semenjak kalah dari Tottenham, Manchester City tidak pernah tersentuh oleh kekalahan sekalipun.
Kekalahan baru menghampiri Manchester City saat mereka dikalahkan oleh Brentford di pekan terakhir Premier League sekaligus merupakan pekan yang boleh dibilang kurang berarti karena mereka sudah memastikan gelar juara pada pekan sebelumnya. Strategi ini pula yang menjadi kunci Manchester City merengkuh treble.