Arsenal musim 2022/23 adalah tim yang boleh dibilang paling mengejutkan di Premier League. Hal ini tidak terlepas dari Arsenal yang mampu menyajikan kejutan baik dalam arti positif maupun negatif dalam 1 musim yang sama. Apapun itu, Arsenal tetap perlu mendapatkan apresiasi tersendiri atas capaian mereka musim ini.
Kejutan Beruntun Arsenal
Di awal musim 2022/23, tidak banyak yang menyangka bahwa Arsenal akan berakhir di posisi mereka sekarang. Awal musim tentu saja banyak yang memprediksi bahwa Arsenal akan kesulitan bersaing di zona Liga Champions bahkan mentok-mentok berakhir di peringkat 5-6 yang merupakan zona UEFA Europa League.
Kejutan pun terjadi di mana Arsenal mampu menguasai puncak klasemen dan bertarung di zona Liga Champions selama musim 2022/23. Bahkan, Arsenal menghabiskan mayoritas waktu di puncak klasemen (total 27 matchday). Arsenal yang merupakan tim termuda kedua setelah Brighton ini mampu melibas lawan-lawannya khususnya di pertengahan awal musim.
Hingga bulan November, Arsenal hanya menelan 3 kali kekalahan di mana ketiga kekalahan tersebut tersebar di 3 ajang yang berbeda. 1 kekalahan di Premier League dari Manchester United, 1 kekalahan di UEFA Europa League dari PSV Eindhoven, dan 1 kekalahan dari Brighton & Hove di Carabao Cup. Penampilan yang cukup dominan ini membawa Arsenal adem di puncak klasemen pada saat itu.
Para pemain muda Arsenal yaitu William Saliba, Martin Odegaard, Bukayo Saka, Gabriel Martinelli, dan Eddie Nketiah terbukti mampu menjadi pemain krusial dalam perjalanan Arsenal hingga pertengahan musim tersebut. Saliba terbukti dapat memainkan perannya sebagai tembok kokoh di lini belakang Arsenal yang sulit ditembus oleh lawan. Trio Odegaard, Saka, dan Martinelli mampu menjadi trio andalan untuk mendobrak lini serang dan menjadikan 3 pemain ini pemain dengan kontribusi gol terbanyak di Arsenal. Eddie Nketiah sukses berperan sebagai pengganti Gabriel Jesus saat pemain yang bersangkutan tengah mengalami cedera.
Hasil ini tentu patut mendapat apresiasi apalagi rata-rata skuad Arsenal adalah yang termuda kedua dengan rerata 25,3 tahun. Dengan starting eleven kepercayaan Arteta pun mayoritas berisikan pemain muda kecuali Granit Xhaka dan Thomas Partey.
Sayangnya, kekacauan terjadi di pertengahan kedua musim. Arsenal seringkali kehilangan poin melawan tim-tim yang semestinya dapat mereka kalahkan. Dimulai dari bencana awal Februari di mana Arsenal hanya mampu memetik 1 poin dari 3 laga setelah kalah dari Everton dan Manchester City serta imbang saat bertanding dengan Brentford.
Kejatuhan berikutnya terjadi di bulan April di mana pada pekan 30 hingga 32 Arsenal meraih 3 hasil imbang secara beruntun dari Liverpool, West Ham, dan Southampton. Kekalahan di pekan ke-33 dari Manchester City ini pun menandai tergusurnya Arsenal dari singgasana puncak klasemen dari Manchester City.
Puncaknya terjadi saaat di pekan-pekan akhir yaitu pekan 36 dan 37 di mana The Gunners mengalami kekalahan dari Brighton dan Nottingham Forest. Kekalahan dari Forest yang saat itu tengah berjuang untuk lolos dari zona degradasi ini pun menjadi lebih menyakitkan setelah Arsenal dengan tangan mereka sendiri menyerahkan gelar juara Inggris kepada Manchester City dengah kekalahan itu. Kegagalan Arsenal menjadi juara ini tentu menjadi cambuk terbaik untuk mengevaluasi skuad untuk menghadapi Premier League di musim depan.