Lihat ke Halaman Asli

Menanggapi Debat Cawapres (6) - Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan layang untuk motor.pdf

Kemarin, KPU telah mengadakan debat Cawapres, bertema “Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK”.

Kedua cawapres, mengerti pentingnya IPTEK, dan mengerti pentingnya pendidikan, tapi, rupanya masih tidak mengerti, belajar 12 tahun, kalo cuma belajar berdoa dan berdoa, Indonesia tetap menjadi negara jajahan dalam bidang IPTEK.  Belajar 20 tahun pun tidak ada gunanya.

Paling penting, buku pelajarannya harus di “revolusi”, tidak perlu belajar yang tidak bermanfaat.  Pelajaran agama cukup pada tingkat SMA III,  dan harus konsentrasi di Scientic (IPTEK) dan budaya.

Kedua kandidat sudah ngerti teorinya, termasuk Jokowi juga mengerti teorinya, tapi prakteknya, mereka harus mengadakan suatu revolusi mental sendiri, beranikah memakai cara yang out of the box, kalau hanya diberi sekolah gratis, tapi setiap hari disekolah belajar agama, tuhan menciptakan bumi dalam 7 hari, Yesus dilahirkan ibu Maria tanpa menikah, apakah “ilmu” demikian bisa memajukan bangsa dan menaikkan SDM Indonesia?

Hatta menceritakan ketika jadi menristek, ada 7 kelompok yang melakukan research, mereka mengutamakan research dibidang Pangan, Energi, Transporati,  Pertahanan,  Kesehatan dan  Kebumian dan maritim.  Penemuan saya justru di golongan prioritas yaitun transportasi, tetapi tidak pernah ada jawaban atau panggilan dari pak Hatta.

(sertifikat patent penemuan sistim lalulintas jalan layang khusus motor dan sepeda Leo Kusima)

Ketika Pak Hatta menjadi Menkoekuin, saya, sebagai pencipta sistim lalulintas tidak memakai dana pemerintah, mengajukan proposal saya ke pak Hatta, TIDAK ADA JAWABAN !  Surat yang sama saya kirim ke pak Jokowi, dalam 10 hari sudah ada tanggapan, tapi tanggapannya minta diskub komentar, dan semua juga tahu dishub masa itu, ya begitu, sudah saya ketemu dengan subdin sistim lalulintas, dan tidak ada jawaban dari Jokowi dan Dishub.

Pejabat mengucapkan itu mudah, prakteknya tidak becus, kalo pak Jokowi saya sudah pernah jelaskan, dia suruh saya bicara dengan komite pilkada, karena didalam komite itu banyak orang gerindra, saya tidak mau kesana.  setelah Jokowi terpilih, saya baru ajukan, ya, hasilnya yang saya sebut diatas.

Memang pejabat kita belum sampai taraf menghargai patent.  Debat cawapres masalah IPTEK, lebel tertingginya adalah dapat menghasilkan PATENT PENEMUAN.  Patent penemuan saya di bidang transportasi (Jalan layang untuk motor dan sepeda) sama sekali tidak mendapat reaksi dari Hatta Rajasa, saya tidak bisa bayangkan, ide pak Hatta apakah hanya OMDO, atau akan dilaksanakan.

Kalau Jokowi mungkin dikelilingi oleh orang yang mengharap ada pelelangan di dishub, sehingga ide kami tidak diminati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline