Sepanjang sejarah kekuasaan, agama selalu dekat dengan kekuasaan atau menjadi bagian di dalamnya. Bahkan isu aliran atau sektarianisme religius menjadi komoditas politik sepanjang masa dan global. Sah untuk menjegal atau naikkan pamor.
John F Kennedy, presiden Amerika Serikat ke-35, satu-satunya presiden yang berasal dari minoritas Katolik, yang kemudian tewas ditembak pada November 1963. Politik sektarian cukup kuat di masa Kennedy, bahkan sampai saat ini.
Dalam proses politik Paman Sam kala itu, selalu dihembuskan bahwa calon dari Katolik akan menguatkan pengaruh Vatikan di USA, dan paling konyol adalah bahwa minoritas Katolik dituduh ingin membuat Katolik menjadi agama utama negara.
Perjuangan JF Kennedy tentunya sangat luar biasa untuk hadapi politik sektarian ini, jungkir balik hanya untuk masuk dalam nominasi presiden.
Saat memperjuangkan nominasi di Virginia Barat, Kennedy tertinggal cukup jauh. Wilayah tersebut hanya memiliki suara Katolik di bawah 4 persen saja. Untuk hadapi dinamika tersebut, Kennedy membuat pernyataan di media massa.
"Apakah kita mengakui pada dunia bahwa Yahudi terpilih sebagai Walikota di Dublin, Protestan menjadi Menteri Luar Negeri Prancis, Muslim terpilih dalam parlemen Israel. Tetapi seorang Katolik tidak bisa menjadi Presiden Amerika Serikat?".
Melalui pernyataan, pidato, dan orasi yang karismatik JF Kennedy dapat mementahkan manuver politik sektarian para rival, dan memperoleh nominasi. Semuanya tidak mudah, kursi Presiden diperoleh Kennedy dengan selisih tipis mengalahkan Richard Nixon.
Kejadian politik yang fenomenal tersebut tak bertahan lama, Kennedy dilantik pada Januari 1961 dan tewas dibunuh pada November 1963.
Sampai saat ini JF Kennedy merupakan satu-satunya Presiden USA dari minoritas Katolik. Setelah era Kennedy, bahkan tak seorang pun Katolik yang masuk nominasi sebagai Calon Presiden.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H