Lihat ke Halaman Asli

Leo DwiMahardika

Coretan Suka-Suka

Cerpen: Sedulurmu

Diperbarui: 16 September 2020   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbilang ratusan juta detik aku melewati hari. Hampir seluruhnya berlalu tanpa ada arti. Aku bahkan tak menyadari bahwa setiap langkah kakiku menjejak ternyata Tuhan sedang menuntunku bertemu denganmu. Seperti hari-hari biasanya, tak banyak harap yang kuselipkan untuk menjalani utas waktu yang dilalu.

Suatu hari di kala rendah tubuh ini, terbentur batuan cadas di pelosok bumi, engkau satu-satunya orang yang datang merengkuh tubuhku yang hendak jatuh ke jurang kecemasan.

“Hei, kau tak apa?” ucapnya.

Aku yang berpandang kabur berusaha menatapnya dengan lebih jelas, kucoba membuka mata meskipun dengan jemari melemah. Namun yang ada tanganmu menghentikan lenganku yang lunglai setelah terhempas luka beberapa waktu tadi. Harap-harap cemas dengan segelintir sisa tenaga yang tersisa, kukuatkan ragaku hanya untuk melihat rupa sosok wajah berpinar itu.

“Jangan kau paksa, sungguh dirimu sudah berusaha, biar aku merawatmu,” selanya.

Tak tersisa lagi dari diriku, perlahan semua gelap. Kini aku beranjak menuju fana dalam kegelapan. Menerka di mana aku sekarang, sebuah padang rumput melingkari tubuhku yang tergoyang karena angin begitu kencang. Dari sela rumput yang memanjang datanglah seseorang berambut cepak, perawakannya sepertiku. Ia berjalan menghapiriku yang berdiri kebingungan.

“Tak mengapa, lukamu akan berangsur kering. Kami tau kau kesakitan, lihatlah lebih dalam lagi, engkau sungguh tak sendiri.”

Siapa orang ini batinku. Ia seolah sangat mengenalku, memang wajahnya sangat mirip denganku, namun aku tak pernah melihat ia sebelumnya.

“Siapa kau?” tanyaku.

“….”

Ia hanya tersenyum lalu menghilang di balik rerumputan yang tingginya hampir seleherku. Sepersekian detik kemudian aku merasa terlempar jauh ketempat dimana akupun tak pernah merasa mengunjunginya, mungkin inilah yang sering kusebut mimpi di atas mimpi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline