Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Pancasila Sebagai Ilmu Filsafat dalam Budaya Bangsa

Diperbarui: 22 Desember 2022   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pancasila disebut sebagai sistem filsafat, pertama kali dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, pada saat itu Ir.Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) yaitu nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yang mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Serta mengandung pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, dengan sesama, dan masyarakat sebagai sebuah bagian dari bangsa.

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah hasil pemikiran yang mendalam dari para tokoh bangsa Indonesia. Hasil pemikiran itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, pemikiran ini juga merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.

Di era sekarang terkadang kita harus mengingat bahwa Pancasila merupakan penjabaran nilai dasar, fundamental, dan universal yang menjadi pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu Pancasila harus menjadi pedoman dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan sangat cepatnya perkembangan teknologi memudahkan pekerjaan dalam kehidupan kita contohnya saja dengan adanya GrabFood dengan scroll dari gadget saja kita dapat memesan makanan dari rumah, tanpa perlu repot-repot keluar rumah, teknlogi memberikan tawaran menjadi Problem solver namun diantara seribu kebaikan serta kemanfaatan yang diberikan oleh perkembangan teknologi, teknlogi juga menjadi ancaman nyata dalam kehidupan yaitu perubahan karakter dan tingkah laku anak bangsa. Faktor-faktor yang menjadi perubahan adalah karena anak muda zaman sekarang ter-influence dengan sosok public figure, grup band, artis, dan selebriti dari negara lain yang seharusnya tidak mereka ikuti seratus persen gaya hidupnya, yang seharusnya anak muda zaman sekarang mampu memfilter dan menyeleksi budaya,tradisi luar yang cocok diterapkan di Indonesia, karena tidak semua budaya luar cocok diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu seharusnya dalam system Pendidikan di Indonesia sudah harus merubah sistemnya, yaitu memberikan penilaian dari pengamatan tingkah laku, serta inovasi bukan dari hapalan atau mengingat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline