Lihat ke Halaman Asli

The Dark Knight Rises : Kebangkitan atau Keterpurukan ?

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan terbesar dalam pembuatan film sequel adalah ekspektasi penonton. Meski dibuat dengan biaya melimpah dan skenario yang mumpuni, apakah mampu memenuhi harapan penonton ? Trilogy The Lord Of The Rings, Trilogy Back To The Future & Quadrology Indiana Jones adalah contoh film bersequel yang mampu mempertahankan ekspektasi penonton. Ada banyak contoh film2 Sequel maupun Prequel yang tidak sesuai harapan penonton, dari yang hanya "berusaha menerima" sampai yang "kecewa berat". Contoh terbaru yang bisa kita ingat adalah Trilogy The Transformers. Dimana film pertamanya banyak menerima pujian, kemudian kualitasnya semakin menurun pada sequel lanjutan. Hingga film ketiga hanya mencapai level "cukup menghibur anak SD" Atau mungkin yang terparah, Trilogy The Matrix. Cukup sampai Matrix : Reloaded aja, tak perlu mengingat adanya Matrix : Revolution. Alias anggap saja tidak pernah dibuat. Alien Saga ? Cukup hanya sampai Aliens aja yang keren. Selebihnya tampak biasa dan membosankan. Bahkan Prometheusnya Ridley Scott pun masih keteteran dibanding Aliensnya James Cameron Batman : The Dark Knight Rises (TDKR), menurut opini saya, hampir terperosok dalam jurang yang sama dengan Trilogi2 "Apes" diatas. Skenario mungkin sudah mantap, namun kedodoran di Screenplay. Ada banyak "kebolongan" yang terjadi dalam alur penceritaan. Apakah memang sengaja dibuat demikian, sehingga mirip dengan alur bertutur Inception ? Atau memang "bolong' nyatanya ? Hanya Christopher Nolan (Sutradara) dan David S. Goyer (Skenario) yang tahu. Dibanding Seri terdahulu Bagi saya, memang terlihat peningkatan "kebolongan" naskah dibanding seri Batman yg lalu. Batman Begins amat sempurna dalam bertutur. Alurnya nyaman diikuti, tidak ada fakta/info yang tercecer. Semua poin cerita tersaji padat, tepat momen dan pada tempatnya. Penonton bisa paham karakter Batman/Bruce Wayne, Alfred, Lucius Fox, Komisaris Gordon sampai Ra's Al Ghul tanpa masalah. Rachel Dawes pun yang terkesan hanya Love interest "tempelan" saat itu, memiliki latar belakang yang informatif. Tanpa perlu repot menebak-nebak, Penonton bisa menikmati Alur film dengan lancar. Dalam The Dark Knight (TDK), Nolan mengubah Alur & Tempo secara drastis, membawa Batman dalam dunia Kelam & Kejam ala Noir. Sekaligus pola cerita twisting yang jauh lebih rumit dari Batman Begins. Nolan bahkan menutup rahasia identitas Joker hingga ke detik terakhir film, demi menjaga momentum ketegangan. Penonton digiring dalam penceritaan penuh misteri ala David Fincher atau Alfred Hitchcock. Meski tampak megah & fenomenal, namun jika kita waspada, akan menemukan beberapa "kebolongan" alur cerita. Seperti misalnya darimana Joker & pasukannya bisa menimbun sekian banyak bahan peledak tanpa menimbulkan kecurigaan otoritas pelabuhan. Atau segitu hebatnya "kegilaan' Joker sampai mampu mengatur tempo antara ledakan di markas polisi dengan tempat penyekapan Rachel/Harvey Dent ? Kapankah dia sempat memasukan Bom ke dalam tubuh Narapidana & mengaturnya supaya bisa berada dalam gedung penahanan yg sama dengannya ? Apa yg membuat Joker yakin kalo Batman lebih memilih menyelamatkan Harvey Dent daripada Rachel, sehingga dia meledakkan Rachel beberapa detik lebih cepat dari Dent ? Aksi tanpa Alur dan "kebetulan" seperti ini, biasanya ditemui pada film2 kelas B. Namun beruntung TDK bertempo cepat, sehingga momentum "kebingungan" akan segera tertutup dengan adegan lain. Lagipula "kebolongan" tersebut tidak mengganggu alur Cerita utama. Tanpa perlu sibuk berpikir, 'kenapa A begini ?" "kenapa B begitu ?", TDK tetap bisa dinikmati secara utuh. The Dark Knight Rises (TDKR) Jujur, saya agak kecewa. Apa yang saya takutkan mengenai "kutukan" film sequel, akhirnya terjadi juga pada film ini. Alur ceritanya tidak semisteri dan seberat TDK. Bahkan sejak adegan awal, sudah bisa terlihat kalo film ini tidak dibuat dengan Layering Problem, inti masalah berlapis. Berbeda dengan TDK, yang sejak menit2 awal sudah mengisyaratkan bahwa alur ceritanya akan berlapis-lapis (Adegan Joker merampok Bank dengan sekumpulan orang bertopeng badut, yang sama sekali tidak mengenal satu sama lain) Mungkin Nolan tergeming oleh beberapa kritik yang menyebutkan bahwa alur TDK terlalu berat untuk sebuah film Superhero, hingga ia mengubah pola penceritaan di TDKR menjadi lebih "lembut" dan mudah diikuti. Entah apakah Nolan menyadari, bahwa keputusannya ini justru menjatuhkan gambaran Film Batman yang diidam-idamkan para penggemarnya. Berbeda dengan The Dark Knigth yang menerima Standing Ovation dari penontonnya. Alih-alih menerima perlakuan yang sama pada akhir film, TDKR justru meninggalkan sekelumit pertanyaan, "Udahan ? Segitu aja ?". Dan penonton pun meninggalnya ruang bioskop layaknya sehabis menonton film "biasa". Sinopsis Wah segitu parah kah film ini ? Terlebih dahulu saya utarakan sedikit sinopsis dari TDKR 8 tahun setelah even terakhir dari The Dark Knight, Gotham City berada dalam kondisi damai dan aman dari segala kejahatan besar. Terutama sejak diberlakukan Harvey Dent's Act, UU kota Gotham yang memberangus seluruh penjahat2 kakap dan memenjarakannya di Blackgate Prison. Batman menghilang setelah ditetapkan sebagai Pembunuh Harvey Dent. Begitu pula dengan Bruce wayne, sang alter ego, menarik diri dari dunia dan tidak pernah terlihat oleh siapa pun diluar Wayne Manor. Perlahan namun pasti, Wayne Corp. juga mengalami kesulitan arah untuk menentukan masa depan Perusahaan sepeninggalan Bruce. Dia hanya mendelegasikan kebijakan Perusahaan pada para CEO. Yang berakibat Wayne Corp diambang kebangkrutan finansial. Hingga pada suatu saat muncul sepasukan Tentara Bayaran yang dipimpin Bane mengobrak-abrik Gotham untuk tujuan tertentu Sehingga memaksa Bruce untuk kembali menggunakan Kostum Alter-Egonya. Selain Bane, Batman juga harus berhadapan dengan seorang Pencuri Wanita yang dijuluki Cat Woman. Yang dalam beberapa aksi tampak bersinggungan dengan kepentingan Wayne Corp & Pemerintah Kota Gotham. Dibantu Komisaris Gordon, Detektif muda John Blake dan seluruh kepolisian Kota Gotham, Batman harus berpacu dengan waktu untuk menetralisir ancaman Bane terhadap kota Gotham. Tentunya kurang lengkap jika film Superhero tanpa Love Interest. Kali ini selain Selina Kyle, ada juga Miranda Tate. CEO Wayne Corp yang bersama Lucius Fox juga membantu Batman menghadapi Bane. Review Lalu dimanakah letak "kurang pas"nya film ini ? Yang jelas Nolan maupun Goyer "berhutang" penjelasan apa yang terjadi pada masa interval 8 tahun menghilangnya Batman. Paling tidak dalam bentuk Novel Grafik atau komik Seri. Bruce Wayne yang tampak tua dan kepayahan seperti penderita Stroke, perlu penjelasan. Karena seingat saya, Batman masih mampu berlari kencang menuju Bat-Pod saat TDK berakhir. Wayne Manor yang sudah dibangun kembali tapi lebih kumuh dari bangunan awal ? Batcave dibangun lebih canggih dari masa Batman begins tapi ga dipake sama sekali ? Well, itu baru 30 menit pertama, Mr. Nolan Ceritapun bergulir dengan perseteruan antara John Dagget, salah satu CEO, dengan Miranda Tate tentang Aset wayne Corp. Tidak dijelaskan, kenapa Dagget begitu bernafsu menguasai Wayne Corp. Siapa itu Dagget pun, niscaya ga ada satu penonton pun yang tau latar belakangnya. Termasuk saya.. :D Karakter ini akan dengan cepat menghilang dari ingatan. Semakin lanjut, semakin banyak pula pertanyaan2 yang mengusik. Terutama mengenai latar belakang karakter. Jika pada TDK, hanya Joker seorang yang menjadi misteri. Maka pada TDKR ini, hampir semua karakter adalah misteri. Sepertinya ada banyak "Joker" kali ini dalam film yang dibuat oleh "The Riddler" Motif dan Latar belakang Selina Kyle dibiarkan mengambang dan tanpa pejelasan. Terima instan tanpa proses. Jangan tanya darimana dia bisa punya kemampuan Parkour begitu lincah, kostum fleksibel atau alat canggihnya. Dan jangan tanya pula siapa wanita yang tinggal bareng di Apartemen Selina. Bahkan jangan tanya pula bagaimana Cat woman bisa begitu mahir mengendarai Bat-Pod yang baru pertama kali dilihatnya.

Sejarah Bane, dari manusia normal hingga menjadi "setengah robot" juga tidak disinggung sama sekali. Ibarat bermain Puzzle, meski diceritakan sepotong2, namun ternyata potongannya sama sekali tidak lengkap. Akibatnya penonton harus menerima Bane apa adanya. Talia Al Ghul yang dengan mudah masuk dalam lingkup Wayne Corp ? Ga jelas kapan dan bagaimana. Satu2nya karakter baru yang muncul dengan latar belakang hampir lengkap adalah Detektif Muda John Blake. Karakternya merupakan perpaduan antara Kemarahan Jason Todd dengan Kecerdikan Tim Drake. Cerita awal masuk kepolisian hingga menjadi Detektif sangat informatif, seperti potongan Puzzle yang hampir lengkap. Koq hampir lengkap ? Ya karena ga jelas kapan dia bisa begitu kenal dengan Batman. Tapi yang pasti, dengan mudah bisa ditebak : dia materi sequel selanjutnya jika Saga Batman diteruskan. Itu baru soal pembangunan Karakter. Kalo soal jalan cerita, malah lebih seru lagi. 1 jam pertama, Nolan cukup berhasil membangun momen dan tempo. Meski sedikit lebih lambat dari TDK, namun diakui arahnya tetap menanjak. Lain persoalan ketika jam kedua bergulir. Puzzle dan Twist yang dibangun seolah menurun kedodoran, bahkan terperosok hingga ketitik serendah film kelas B yang penuh dengan "Kebetulan". Seolah berbagai masalah yang membelit sedemikian rupa, tiba2 bisa dipecahkan dengan begitu mudah tanpa perlu proses panjang. "Bolong" semakin kentara, bahkan sampai ke level "Kog bisa begitu ?" dan tidak akan terjawab sampai kredit title muncul. Contoh : apakah tujuan Lucius Fox yang tetap mengembangkan The Tumbler hingga 3 versi, meski Batman sudah tidak menggunakannya lagi sejak 8 tahun yang lalu ? Padahal saat Batman Begins disebut sebagai "The Only Prototype" - Prototipe satu-satunya. Punah sudah harapan adegan2 cerdas ala TDK dan The Inception. Yang ada malah mengingatkan akan Batman karya Joel Schumaker. Meski tidak separah Batman & Robin, namun cukup mengecewakan bagi mereka yang mengharapkan kembalinya alur cerdas TDK. Sebulan lalu saya mencapai ekspektasi tertinggi saat menyaksikan Trailer TDK yg berisi adegan pengepungan pasukan Bane terhadap Gotham City dengan meledakan jembatan2 penghubung dengan Mainland dan Stadion Football. Dan ketika menyaksikan film utuhnya....ya hanya memang itu adegan akbar yang saya dapatkan. Selebihnya hanya adegan aksi "tampak megah" yang minim rasional & banyak "kebetulan"nya. Lupakan aksi penyerbuan taktis ala Act Of Valor atau Black Hawk Down, bahkan LAPD SWAT dalam film S.W.A.T. SWAT GCPD (Gotham City Police Department) beraksi lebih mirip Tim Detasemen yang baru lulus pendidikan daripada sepasukan anti Teror yang berpengalaman & efektif. Menyerbu musuh dalam 1 kolom barisan dan pasang badan berhadapan langsung dengan puluhan senapan Serbu ? Serasa menonton pasukan Konfederasi Amerika berbaris rapi menyosong ratusan moncong Musket tentara Red Coat Inggris Tidak ada literatur taktik militer modern yang mendukung cara menyerang seperti itu. Dan tiba-tiba melancarkan serangan Human Wave, seperti tentara Vietnam menyerbu benteng pasukan Amerika ? Alih2 tampak taktis, yang ada malah seperti menonton tawuran antar kampung. Lagipula ternyata pasukan Bane tergolong penembak payah untuk sasaran sejauh 100 meter. 30 peluru hanya untuk 1 sasaran ? Proses Kualifikasi Tentara bayaran tampaknya perlu evaluasi besar2an... :) Adegan aksi lainnya juga tampak sekali pengurangan kekerasannya. Tidak ada lagi adegan putus asa berdarah-darah seperti TDK. Yang ada cuman benjol sedikit dikiri-kanan dan tampak segar bugar walau kondisi body ancur2an. Wajah dihajar Popor senapan ? Jangan khawatir. tetap mulus. Kena tembak tepat di dada ? Jangan khawatir, ga ada setetes darah pun yang akan keluar. Mobil melompat dari Fly-Over dan jatuh ringsek ? Jangan khawatir. Sehancur apapun mobilnya, penumpangnya tetap utuh tanpa luka. Dan berbagai aksi lembut lainnya. Sinetron Wayang kita masih jauh lebih berdarah daripada TDKR Dan sepertinya Batman kini memiliki sedikit kekuatan Super, walau dia sendiri tidak menyadarinya. Cedera tulang punggung berkali-kali yang bisa sembuh dalam hitungan hari ? Waw, Punisher aja yang juga sama2 "Manusia Biasa" ngga segitu "Super"nya. Mungkin sisi kemanusiaannya memang berhasil ditampilkan dalam kejiwaan, namun tidak pada fisiknya Bane yang digadang sebagai musuh terkuat Batman, ternyata bisa dikalahkan dengan sangat mudah. Jika dahulu Batman harus mati2an putar otak untuk mengalahkan Ra's Al Ghul & Joker, kali ini Batman tinggal tunggu momen. Padahal bentuk tubuh Tom Hardy yang kekar tinggi besar sudah cukup "mengintimidasi". Tampak Powerfull, meski lebih kecil dibandingkan dengan Bane pada Komik maupun versi Joel Schumaker. Sejak awal memang saya sudah curiga, bahwa Bane tidak akan sekuat & sehebat yang disangka. Dalam versi komik, game maupun film animasi, Bane memang tidak pernah menjadi Main Enemy atau Bad Brain. Dia selalu menjadi second hand dari tokoh jahat utama. Bane bukan Joker, The Riddler atau Dr. Hugo Strange yang jenius jahat. Dia lebih kearah fisik daripada otak, seperti Solomon Grundy atau Crocs. Jahat tapi tidak jenius. Nolan seperti ingin keluar dari pakem tersebut dengan menciptakan imej Bane yang baru. Namun apa daya, akhirnya tetap kembali kodrat asal. Bane hanya musuh kelas dua untuk Batman. Ada hal unik mengenai karakter Bane yang dimainkan oleh Tom Hardy. Praktis seharusnya Tom lebih mudah berakting, mengingat sepanjang film Bane adalah makhluk bermasker. Nilai intimidasi yang dimiliki hanya tubuh & suara, tidak perlu mimik wajah untuk mengancam. Mungkin suara asli Tom Hardy kurang gahar, sehingga perlu dipermak seperti Darth Vader. Padahal masker Bane sama sekali ga ada speakernya. Lafal dialognya agak mirip Raul Julia alm. (M. Bison) dalam The Street Fighternya Jean-Claude Van Damme. Wibawa ? Intimidasi ? Rasanya ga ada. Andai suaranya seberat & "sekejam" Michael Ironside (Sam Fisher - Splinter Cell series), pasti nuansanya akan berbeda.

1343253667151668639

Saya juga kurang sreg dengan pemilihan aktris Marion Cotillard sebagai pemeran Miranda Tate. Bukan meragukan aktingnya, hanya saja wajahnya tampak "terlalu tua" untuk dipasangkan dengan Bruce Wayne. Lagipula sebagai anggota dewan Direktur Wayne Corp, yang anggotanya rata2 seusia Lucius fox, rasanya Miranda lebih cocok sebagai "tante"nya Bruce ketimbang Love Interest. Andai Miranda di plot pada level Manager IpTek misalnya, tentunya akan lebih pas.

Dan ada banyak lagi kisah "bolong-bolong" bertaburan. Mungkinkah sutradara sekaliber Christopher Nolan bisa kurang teliti ? Atau mungkin saya sudah sedemikan terbiusnya dengan penampilan alm. Heath Ledger serta alur cerita TDK, hingga melihat TDKR seperti "biasa-biasa" saja ? Entahlah. Saya hanya berharap pertanyaan2 yang timbul di benak saya bisa terjawab saat perilisan Home Videonya. Semoga pihak distributor DVD/Blu-ray lokal tidak pelit saat merilis Special Edition, tetap menyertakan konten asli dan tidak dipangkas. Mengingat edisi Iron Man 2 Spesial edition lalu, yang ternyata sama bututnya dengan DVD bajakan yang beredar. Aktor Sepuh Yang Mencuri Perhatian Nah, dari sekian banyak kekurangan, adakah yang bisa menjadi nilai positif dari TDKR ? Ada. Akting Michael Caine yang luar biasa. Meski total kemunculannya tidak sampai 30 menit, namun aktor sepuh ini memperlihatkan kualitas aktingnya.

Adegan dialog antara Bruce Wayne dgn Alfred adalah adegan terkuat dari film yang berdurasi nyaris 3 jam ini. Begitu kuatnya akting Michael Cane, hingga kita bisa merasakan perasaan Alfred yang sangat menyayangi Bruce. Seperti Ayah pada anaknya. Gambaran Bangga, Cinta hingga Kesedihan bisa terlihat jelas diraut wajahnya. Adegan di 10 menit sebelum film berakhir, seperti mengingatkan saya pada Mel Gibson di The Patriot. Dimana Mel juga memainkan karakter sebagai seorang Ayah. Good job, Mr. Caine ! Aktor lain juga tetap pada kualitas yang stabil. Christian Bale & Gary Oldman tetap dengan Chemistry yang sama. Begitu juga dengan Morgan Freeman Kesimpulan Jadi, apakah film ini layak tonton ? Jujur, sebagai fans fanatik Batman tentunya saya harus menonton. Inilah konklusi yang telah ditunggu para penggemarnya, termasuk saya, selama 3 tahun. Namun sebagai penonton awam, jika ditanya apakah layak ? Maka saya akan menjawab : Layak. Hanya jangan berharap terlalu jauh. Jika dunia videogame mengenal peningkatan gameplay pada sequelnya, dunia film bisa terjadi sebaliknya. Prequel lebih baik ketimbang sequel... Semoga jika kisah Batman ini masih berlanjut, bisa kembali pada irama The Dark Knight. Irama film Batman yang sebenarnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline