Lihat ke Halaman Asli

Pengeluaran Pulsa Lebih Besar daripada Beli Buku Kuliah

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1311957798900507998

[caption id="attachment_125860" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Jika dihitung untuk 1 semester, pengeluaran beli pulsa minimal mencapai Rp 180.000. Jika sering digunakan telpon dan SMS, jumlahnya bisa mencapai Rp 600.000. Ini belum termasuk pulsa untuk internet. Terlebih bagi mahasiswa yang berlangganan internet, setidaknya mencapai Rp 600.000 per semester. Sementara itu, pengeluaran untuk membeli buku panduan kuliah malah kurang dari Rp 300.000. Tulisan ini disadur dari hasil survei yang pernah saya lakukan selama periode dari bulan Agustus 2008 sampai Maret 2010. Total sampel sebanyak 2.000 mahasiswa tingkat 2 ke atas atau setidaknya telah melalui semester ketiga kuliah. Mahasiswa yang menjadi obyek survei terdiri atas 2 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 5 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Yogyakarta. Adapun mahasiswa yang disurvei di sini diprioritaskan mahasiswa pendatang (luar kota). Alasannya, mahasiswa lokal relatif memiliki pendapatan (uang saku) maupun pengeluaran yang tidak stabil. Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan gambaran biaya pendidikan dan perilaku mahasiswa dalam berbelanja. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan convenience sampling. Ongkos Makan Per Bulan Ongkos atau pengeluaran untuk makan di sini meliputi total pengeluaran makan sehari (3 kali makan), pembelian snak, rokok, dan makanan lainnya. Hasil survei dibagi menjadi 2 kelompok sebagai berikut: Kelompok Rp 700.000 - Rp 1.000.000/bulan Kelompok ini terdapat sebanyak 625 responden (31,25%). Total pengeluaran makan terendah mencapai Rp 750.000/bulan. Rata-rata pengeluaran mencapai Rp 825.000 (hasil pembulatan). Kelompok di atas Rp 1.000.000/bulan Jumlah kelompok ini paling mendominasi, yaitu sebanyak 1.375 responden (68,75%). Pengeluaran terendah mencapai Rp 1.150.000/bulan, sedangkan pengeluaran tertinggi mencapai Rp 1.375.000/bulan. Rata-rata besarnya pengeluaran untuk makan adalah Rp 1.200.000/bulan. Besarnya pengeluaran makan dihitung berdasarkan perkiraan perhitungan responden terhadap item-item pengeluaran yang disediakan oleh pihak penulis. Total pengeluaran tersebut merupakan pembulatan yang dibuat atau ditentukan oleh pihak responden sendiri. Ongkos Bensin Pengeluaran ini adalah pengeluaran yang berhubungan dengan transportasi yang digunakan oleh responden. Dalam survei ditemukan jika keseluruhan responden memiliki sendiri kendaraan pribadi berupa motor roda dua dan/atau mobil (kendaraan roda 4). Pihak responden mengaku jarang menggunakan transportasi umum, sehingga besaran untuk ongkos transportasi umum tidak diperhitungkan. Hasil survei dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: Kelompok Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan Banyaknya responden mencapai 348 orang (17,4%). Rata-rata pengeluaran bensin untuk kelompok ini sebesar Rp 78.000 (hasil pembulatan). Kelompok Rp 100.001/bulan - Rp 200.000/bulan Kelompok ini memiliki responden sebanyak 726 orang (36,3%). Rata-rata pengeluaran bensi adalah Rp 160.000 (hasil pembulatan). Kelompok di atas Rp 200.000/bulan Banyaknya responden yang mengeluarkan ongkos untuk bensin untuk kelompok mencapai 926 orang (46,3%). Termasuk kelompok yang mendominasi dengan rata-rata pengeluaran mencapai sebesar Rp 525.000 (hasil pembulatan). Adapun pengeluaran terendahnya sebesar Rp 345.000. Pengeluaran Hiburan Pengertian pengeluaran untuk hiburan di sini meliputi pembelian keping CD/DVD, sewa DVD, dan menonton bioskop. Pilihan tersebut disaring dari hasil wawancara dan memilih item pengeluaran yang sering dipilih oleh responden. Dari hasil survei diperoleh besarnya pengeluaran hiburan yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan Banyaknya responden untuk kelompok ini adalah 428 orang (21,4%). Rata-rata pengeluaran untuk kelompok ini sebesar Rp 75.000/bulan (hasil pembulatan). Kelompok Rp 100.001 - Rp 300.000/bulan Jumlah responden yang memilih kelompok pengeluaran ini mencapai 821 orang (41,05%). Rata-rata pengeluaran mencapai Rp 245.000/bulan (hasil pembulatan). Kelompok di atas Rp 300.000/bulan Kelompok ini memiliki responden sebanyak 751 orang (37,55%). Besarnya rata-rata pengeluaran per bulan adalah Rp 425.000/bulan (hasil pembulatan). Pihak penulis meragukan untuk data pengelularan untuk hiburan, karena tidak memasukkan item pengeluaran untuk kebutuhan pembelian minuman keras ataupun kunjungan ke café maupun diskotik. Hasil pengamatan penulis, pihak responden masih menutup informasi untuk dua item pengeluaran tersebut, sehingga jika disertakan akan menghasilkan pengamatan yang bias. Pembelian Baju/Fashion Cukup mengejutkan, karena pembelian baju termasuk item pengeluaran yang paling sering disebutkan oleh responden. Sebagai catatan, pihak penulis sebelumnya telah membagi responden dengan jumlah yang berimbang antara kelompok berjenis kelamin pria dan wanita di mana masing-masing berjumlah 1.000 orang. Pengeluaran tersebut meliputi pembelian baju, jaket, dan perlengkapan rias diri (tidak termasuk Shampoo dan pengeluaran perawatan diri). Adapun pengeluaran untuk kebutuhan baju/fashion dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu: Kelompok Rp 100.000 - Rp 400.000/bulan Jumlah responden untuk kelompok ini mencapai 786 orang (39,3%). Total pengeluaran terendah adalah Rp 186.000/bulan, sedangkan total pengeluaran tertingginya mencapai Rp 390.000/bulan. Kelompok di atas Rp 400.000/bulan Jumlah cukup mendominasi, yaitu sebanyak 1.214 orang (60,7%). Total pengeluaran terendah mencapai Rp 450.000/bulan, sedangkan total pengeluaran tertingginya dapat mencapai Rp 670.000/bulan. Penulis beranggapan jika data untuk isian responden pada kelompok pengeluaran ini masih diragukan. Hal ini didasarkan pada pengamatan penulis, ketika responden mengisi item-item pengeluaran dengan waktu yang cukup lama dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. Sebagai catatan pula, bahwa keperluan pembelian baju/fashion pada beberapa responden belum dianggap sebagai kebutuhan pokok. Hal ini didasarkan pada frekuensi belanja dalam satu bulan dan satu semester. Sekalipun demikian, pihak penulis perlu untuk menyampaikan informasi ini. Pembelian Pulsa Telepon Setiap responden tidak hanya ditemukan telah menggunakan ponsel sebagai kebutuhan keseharian, melainkan mengalokasikan pula anggaran untuk pembelian pulsa telepon. Besarnya pulsa dihitung berdasarkan rata-rata pembelian pulsa setiap bulannya. Angka yang disebutkan, merupakan perkiraan minimal oleh responden, ketika dilakukannya wawancara. Adapun hasil survei dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Kelompok Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan Responden yang memilih jawaban ini terdapat sebanyak 1.210 orang (60,5%). Rata-rata pengeluaran pulsa sebesar Rp 70.000/bulan (hasil pembulatan). Kelompok Rp 100.001 - Rp 200.000/bulan Banyaknya responden untuk kelompok ini sebanyak 790 orang (39,5%). Besarnya rata-rata pengeluaran responden di sini adalah Rp 160.000/bulan (hasil pembulatan). Pengeluaran Untuk Internet Pengertian pengeluaran untuk internet adalah keseluruhan pengeluaran responden untuk memenuhi kebutuhan akses internet per bulan, baik untuk jenis mobile maupun non mobile. Jenis akses internet tersebut terdiri atas ongkos warnet, pembelian pulsa internet, anggaran berlangganan internet mobile, dan anggaran untuk berlangganan interenet rumah. Hasil survei membagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: Kelompok Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan Banyaknya responden untuk kelompok ini adalah 679 orang (33,95%). Rata-rata pengeluaran setiap bulannya adalah Rp 75.000/bulan (hasil pembulatan). Kelompok Rp 100.001 - Rp 200.000/bulan Jumlah responden yang memilih pengeluaran internet tersebut mencapai 485 orang (24,25%). Rata-rata pengeluaran adalah Rp 155.000/bulan (hasil pembulatan). Kelompok di atas Rp 200.000/bulan Kelompok ini memiliki responden sebanyak 1.164 orang (58,2%). Besarnya rata-rata pengeluaran untuk akses internet adalah Rp 350.000/bulan. Sebagai catatan untuk jenis pengeluaran akses internet, pihak responden mengaku jika pengeluaran untuk akses internet tidak selalu tetap untuk setiap bulannya. Jawaban yang dituliskan oleh responden berdasarkan perkiraan kebutuhan akses internet setiap bulannya. Pembelian Alat-Alat Tulis Item-item yang termasuk ke dalam alat tulis yang banyak dipilih oleh responden terdiri atas pulpen, pensil, isi ulang pulpen, isi ulang pensil, penghapus, penghapus tinta, buku tulis, kertas kwarto (A3/A4), kertas folio bergaris, spidol, dan perlengkapan stasionari yang habis dalam sebulan. Hasil survei atas pengeluaran ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Kelompok Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan Banyaknya responden untuk kelompok pengeluaran ini adalah 1.510 orang (75,5%). Kelompok di atas Rp 100.000/bulan Kelompok ini memiliki responden sebanyak 490 orang (24,5%)Pengeluaran terendah sebesar Rp 120.000/bulan, sedangkan untuk pengeluaran tertinggi mencapai Rp 160.000/bulan. Pembelian Buku Panduan Kuliah Buku panduan kuliah yang dimaksudkan di sini adalah semua jenis buku yang berhubungan langsung dengan perkuliahan ataupun pendukung perkuliahan. Untuk jenis pengeluaran ini tidak dihitung berdasarkan frekuensi atau banyaknya nominal pembelian per bulan, melainkan total nominal pembelian per semester. Adapun hasil survei dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Kelompok Rp 100.000 - Rp 200.000/semester Responden yang memilih jawaban pengeluaran ini sebanyak 1.688 orang (84,4%). Besarnya rata-rata pengeluaran pembelian buku panduan kuliah adalah Rp 160.000/semester (hasil pembulatan). Kelompok di atas Rp 200.000/semester Banyaknya responden yang memilih kelompok jawaban ini adalah 312 orang (15,6%). Rata-rata pengeluaran per semesternya adalah Rp 328.000/semester (hasil pembulatan). Pertimbangan untuk membeli buku panduan kuliah oleh mahasiswa berdasarkan tuntutan dosen mata kuliah, ketersediaan buku di perpustakaan, ataupun kemungkinan apabila tidak memperoleh hibah dari pihak lain. Kesimpulan Biaya untuk kuliah ternyata tidak murah. Seorang mahasiswa yang dianggap cukup kebutuhan haruslah memperoleh pendapatan atau uang saku yang setidaknya setara dengan pegawai swasta yang telah bekerja lebih dari 3 tahun (Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000). Dari sebesar pendapatan atau uang saku tersebut, pengeluaran untuk item yang berhubungan langsung dengan studi atau perkuliahan relatif minim. Harga buku panduan yang direkomendasikan oleh dosen memang tidak murah. Apalagi jika buku tersebut ditulis atau diterbitkan oleh penerbit asing. Untuk penerbit lokal saja, harga satu bukunya bisa mencapai antara Rp 60.000 - Rp 100.000. Sekalipun demikian, mahasiwa tidak keberatan mengalokasikan secara tetap pengeluaran untuk pulsa telepon maupun akses internet. Alasannya, mengenai buku bisa pinjam atau hibah dari pihak lain, atau dapat pula dengan meminjam secara berkala di perpustakaan (jika tersedia). Gambaran biaya atau pengeluaran mahasiswa di Yogyakarta barulah sepotong dari gambaran biaya kuliah secara umum. Penulis masih belum memasukkan komponen-komponen biaya lain ke dalam biaya hidup mahasiswa di Yogyakarta. Penulis perlu menggarisbawahi, bahwa hasil survei di sini tidak bisa dijadikan sebuah pembenaran, bahkan termasuk dijadikan sebagai referensi resmi. Dalam hal ini pula, penulis tidak melakukan klarifikasi sumber lebih lanjut, karena pengambilan sampel dan pengisian data dilakukan di kampus masing-masing responden. Yogyakarta, 29 Juli 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline