Sepotong Hati untuk Prasasti
Bagian 3 (Pertemuan Kedua)
Pohon itu bernama kerinduan. Menancap kokoh, terpatri di sanubari. Meski saat ini belum bersemi, tak akan pernah goyah, apalagi mati. Sungguh, hati yang merindu tak akan kenal waktu. Aku menunggu, aku merindu. Kapankah rasa ini berlagu? Kuberikan setiaku ini
Hanya kepadamu
(Pras)
***
"Pak Pras, bagaiamana kalau kita meninjau lokasi setelah rapat ini selesai?" usul Pak Hari setelah Pras menjelaskan betapa strategisnya tempat yang akan dijadikan sekolah murah nanti. Saat itu, mereka sedang rapat mengenai proyek tersebut.
"Saya juga penasaran dengan tempatnya, Pak Pras," timpal Pak Rudi.
Mereka berdua dengan tiga orang lainnya adalah segelintir orang baik di antara orang-orang kaya yang serakah. Dulu mereka juga orang yang kurang mampu. Berkat kebaikan orang lain, mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi hingga menjadi orang sukses sampai sekarang. Nyatanya, mereka tidak pernah lupa akan kulitnya.
Sebenarnya mendirikan sekolah berkualitas dengan biaya murah untuk masyarakat kurang mampu adalah cita-cita Pras dan Laras sejak dulu. Meski sekarang ini mereka tidak lagi bersama, tetapi keinginan itu tidak pernah pupus dari benak Pras, justru semakin menggebu-gebu seiring dengan kerinduan Pras yang semakin memuncak pada gadis itu.
Kebetulan, Pras bertemu dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang sama. Gayung bersambut, mereka menerima tawaran Pras untuk bekerja sama.
"Baiklah, kita akan ke sana setelah rapat ini selesai," jawab Pras.
***