Bagian 1. Janji Abadi
"Om, dompetnya jatuh."
Seorang gadis kecil menggamit tangan Pras sambil menyerahkan benda pipih berwarna hitam padanya. Usianya sekitar lima tahun. Rambutnya tertutup kerudung mungil yang lucu.
Prasetyo menoleh. Pemuda dua puluh sembilan tahun itu tertegun sejenak melihat sepasang mata bersinar bak bintang kejora yang sedang menatapnya. Sungguh, lelaki itu terpesona pada pandangan pertama.
"Om!" panggil gadis itu lagi sambil menggoyang lembut tangan Pras.
"Eh, iya, terima kasih. Siapa namamu, adik kecil?" tanya Pras terkesiap.
"Namaku Prasti, Om." Gadis itu menjawab riang sambil tersenyum ceria.
"Nama yang cantik, secantik orangnya," jawab Pras sambil mencubit gemas pipi gembul gadis lima tahun itu.
"Om, jangan gitu. Kata Umi, gak boleh puji orang sembarangan. Gak boleh pegang-pegang juga," kata gadis bernama Prasti itu dengan raut sedikit tidak senang.
"Oh, Maaf. Om tidak bermaksud jahat. Om hanya gemes lihat Prasti yang lucu dan imut ini," jawab Pras merasa bersalah.
Ia lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan memberikannya pada gadis itu sebagai ucapan terima kasih.