Lihat ke Halaman Asli

Lentera Pustaka

Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Patrick Kluivert, Sebuah Aksioma Literasi

Diperbarui: 13 Januari 2025   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patrick Kluivert, sebuah aksioma literasi (Sumber: Harian Disway)

Patrick Kluivert, resmi ditunjuk sebagai pelatih kelapa timnas Indonesia. Pro-kontra masih menyelimuti kedatangan coach Patrick. Ada yang bilang, dia tidak sukses sebagai pelatih. Ada yang tahu, apa bisa dia membaca timnas Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026. Pesimis, ya sah-sah saja. Asal optimis juga harus dipelihara.

Bisa jadi, penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih timnas adalah sebuah aksioma literasi. Tentang gimana bangsa Indonesia bisa menerima realitas yang ada. Tanpa perlu menguliti coach Shin Tae-yong, hadirnya coach Patrick Kluivert adalah realitas. Bisa jadi takdir juga buat coach Patrick atau bangsa Indonesia.

Suka tidak suka, coach Patrick Kluivert sudah jadi "sesuatu yang dianggap layak atau sesuai" untuk Indonesia hari ini. Dia adalah bukti yang harus berjuang keras membaca Indonesia tembus Piala Dunia tahun depan. Paling sederhana, anggap saja dia sudah jadi "jodohnya" timnas Indonesia. Kan tidak ada yang tahu namanya jodoh?

Patrick Kluivert itu sebuah aksioma literasi. Dia punya masa lalu sukses sebagai pemain tapi belum sukses sebagai pelatih. Apapun dan siapapun, jangan ungkit masa lalu. Fokus saja ke depan. Bila ada yang bernapas hari ini tapi hidup di masa lalu, biarlah itu urusan mereka. Kita hanya mau bergerak dan melangkah ke depan. Biar lebih maju.

Seperti cinta, mungkin tidak sedikit wanita yang kecewa dengan masa lalu. Tapi di wanita ya harus "move on" dong. Siapapun, tidak perlu menyesali masa lalu. Semua orang pernah salah, pernah sedih. Tapi itu semua jangan sampai menghalangi untuk menjadi lebih banyak ke depan. Untuk meraih impian dan idaman ke depannya. Masa lalu tidak bakal terulang, lebih baik manfaatkan waktu untuk lebih baik lebih maju.

Saat jadi pemain, coach Patrick pernah mendapat umpan jelek dari kawannya di lapangan. Tapi tidak masalah baginya, karena dia hanya fokus mencetak gol, apapun caranya. Dia tidak marah-marah, justru berpikir cari cara untuk bikin gol dan menang. Main bola memang begitu, bukan soal setuju tidak setuju, siapa pelatihnya? Tapi semuanya, pemain pelatih dan suporter bersatu-padu untuk wujudkan mimpi ke Piala Dunia. Jangan gaduh soal nonteknis yang bisa bikin demotivasi timnas.

Literasi dalam olahraga mencatat. Tidak ada seorang pun anggota tim yang merasa tidak berharga. Semuanya bagus, semuanya pilihan. Cuma untuk bisa menang butuh strategi yang pas. Di situlah peran penting coach Patrick Kluivert di timnas Indonesia. Dia yang latih, dia yang racik, dia yang tahu cara untuk menang. Kira-kira begitu.

Nah, kita sebagai suporter. Jika benar-benar cinta pada timnas, pasti selalu mendukung ikhtiar terbaik untuk "tim Garuda", apapun dalihnya. Kita tidak perlu bandingkan antarpelatih, bahkan pemain. Setiap waktu ada orangnya, setiap orang pun ada waktunya. Jalani saja semuanya dengan baik. Jangan sampai belum melatih sudah kalah, jangan sampai belum tanding sudah keok. Kita harus menang dulu sebagai suporter, insya Allah timnas juga menang saat tanding di lapangan.

Coach Patrick Kluivert adalah sebuah aksioma literasi. Sulit dibantah dan sudah jadi realitas. Ayo kita dukung sepenuh hati, sambil diomongin dan didoakan yang baik-baik. Suporter timnas sejati, biasanya tidak pernah patah mendukung timnasnya, bangsanya. Kini saatnya mengembalikan rasa cinta dan bangga untuk timnas Indonesia, untuk coach Patrick Kluivert. Bersikap optimis dan antusias, mungkin itu sudah lama tertunda dan pernah hilang di Sepakbola Indonesia. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline