Lihat ke Halaman Asli

Lentera Pustaka

Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Melatih Baik di Taman Bacaan

Diperbarui: 17 Juli 2024   06:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sekadar nasihat literasi di pagi hari. Bahwa bila hati kita baik, maka kita tidak akan memperlakukan orang dengan tidak baik. Sekalipun ada orang yang berbuat jahat kepada kita, maka kita tidak akan membalas kejahatannya. Lebih baik diam atau menjauh dari kejahatan.

Karena sejatinya, hanya orang yang tidak bahagia dengan dirinya sendiri yang mampu berbuat jahat terhadap orang lain. Dalam banyak riset, orang yang senang membenci dan gemar bermusuhan terbukti adalah manusia yang tidak bahagia. Mereka yang suka memancing emosi orang atau gemar mem-bully orang lain adalah individu yang sangat tidak bahagia. Bahagia itu bukan di pikiran apalagi di mulut. Tapi tercermin dari prasangka baik dan perbuatan baik sehari-harinya. Tanya saja, berapa banyak kebaikan yang dibuat sehari-harinya?

Allah memang menciptakan dunia ini penuh dinamika. Setiap orang memiliki takdirnya dan diberi kesempatan beramal untuk menemukan kebahagiaannya sendiri, Sesuai jalan hidupnya dan kebiasaan sehari-hari. Orang yang terlihat baik hari ini, belum tentu benar-benar baik hari esok. 

Orang yang terlihat buruk hari ini, belum tentu pasti buruk hari esok. Karena setiap kita tidak akan tahu akan takdir. Hanya Allah Yang Maha Tahu apa yang terbaik untuk kita. Maka apapun, cukup lakukan apa yang menjadi kewajiban kita sebaik-baiknya. Selanjutnya biarlah Allah yang menentukan mana yang pantas dan mana yang terbaik untuk kita.

Nabi bersabda, "Siapa yang telah ditetapkan sebagai orang yang berbahagia, dia akan dimudahkan untuk beramal amalan orang yang berbahagia dan sebaliknya orang yang telah ditetapkan sebagai orang yang akan sengsara maka dia pasti akan dimudahkan beramal amalan orang yang sengsara." (al-Bukhari: 1274).

Rugilah orang yang sehari-harinya gemar berbuat jahat atau tidak baik. Tanpa pernah mau membiasakan diri berbuat baik dan menebar manfaat. Jiwanya sempit, pikirannya buruk. Hidupnya tidak realistis dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Sehari-harinya penuh keluh-kesah dan berprasangka buruk terhadap orang lain. Lupa, baik dan kebaikan itu harus dibiasakan, dilatih dan disediakan "ruang" dalam dirinya, Agar kebahagaian hakiki bisa diraih.

Seperti berkiprah di taman bacaan, Selain untuk menyediakan akses membaca anak-anak, sekaligus menjadi sarana untuk melatih diri selalu berbuat baik dan menebar manfaat. Karena baik memang harus diikhtiarkan, bukan hanya sebatas omongan. Baik harus diperjuangkan terus-menerus, apalagi di tengah zaman begini. Sesungguhnya, selalu ada saja cara Allah membahagiakan hamba-Nya, menghapuskan tangis kita, melegakan hati kita. Asal kita mau berbuat baik kepada sesama dan terus berbaik sangka sembari berdoa kepada-Nya.

Jadilah baik di mana pun, Karena baik adalah obat bagi orang lain dan penawar sedih untuk kita. La Tahzan Innallaha ma'ana. Teruslah  berbuat baik dan perbanyaklah doa. Agar kita tergolong orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan bersabarlah kepada mereka yang menjadi tabir penghalang kebahagiaan kita. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #MotorBacaKeliling #BacaBukanMaen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline