Lihat ke Halaman Asli

Belanja Online, Siapa Takut

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkejut ketika kurir jasa ekspedisi mengantarkan sebuah paket dari Jepang ke rumah. Ternyata kiriman untuk putri saya berisi beberapa DVD K-Pop. Padahal dia tidak bisa bahasa Jepang dan bahasa Inggris pun mengandalkan Google.

Saya lantas bertanya, “Kiriman dari siapa?” Dijawab, “Dari teman di Jepang.”

Ternyata, putri saya punya kenalan anak Jepang lewat Twitter dan sering berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris bukan bahasa Jepang. Dan kebetulan sama-sama suka K-Pop.

Lantas, apa hubungannya dengan belanja online?

Tanpa sepengetahuan saya, si putri telah beberapa kali membeli DVD lewat internet. Puluhan DVD K-pop tertata di almarinya, sedangkan jika membeli offline saya rasa tidak mungkin karena di kota saya tidak ada toko yang menjual DVD orisinal (kebanyakan penjual di kaki lima)

Seumur hidup saya belum pernah berbelanja online lewat internet, dalam arti berupa wujud barang. Kalau jasa, sih sering seperti membeli hosting atau domain. Jika pun berupa barang, lewat toko online saya hanya cek harga dan lokasi penjual untuk kemudian bertemu langsung.

Putri saya rupanya telah mendahului saya untuk berbelanja online. Terkadang beli baju, tas bahkan banner selain DVD. “Nggak usah takut, Pa untuk belanja online!” sahut si putri. Yang terakhir, malah berhubungan dengan si Jepang untuk membeli sesuatu. Saya nggak tahu cara transaksinya.

Apakah beberapa pemberitaan tentang penipuan terjadi saat transaksi online membuat saya cemas? Bisa jadi, ya, atau terkadang saya malas atau tidak suka ribet. Apalagi minta Credit Card atau pay pal yang tidak saya punyai. Terpenting bagi saya ada barang ada uang.

Saat ini bisnis online telah menjamur di Indonesia, baik itu yang dikelola oleh lokal maupun cabang Internasional. Situs-situs semacam Amazon banyak juga di Indonesia. Kemajuan dan potensi pasar Indonesia mulai dilirik oleh perusahaan belanja online asing, sebut saja Belanja Online di Grantonworld yang baru saja saya ketahui ada kantor cabang di Jakarta menyusul toko onlinenya Rakuten milik Jepang. Bahkan supermarket pun melakukan retail online seperti Alfa mart, Carrefour, dll.

Namun, konsep belanja online yang memudahkan orang untuk belanja, terkadang dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk kepentingan pribadi. Di samping itu kurang pahamnya dalam bertransaksi online menyebabkan korban penipuan semakin banyak.

Belanja online hampir sama dengan belanja konvensional, hanya saja konsepnya yang berbeda. Terkadang orang tergiur dengan harga yang murah bahkan tidak lazim, ini sumber malapetaka. Penjual pasti ingin mendapatkan untung entah itu sedikit atau banyak. Misalkan laptop merk dan type A di pasaran 4 juta di toko online pun tidak akan jauh berbeda, malah bisa lebih mahal jika dikenakan biaya pengiriman, dsb.

Sebenarnya dengan adanya toko online, kita dibuat mudah untuk mendapatkan barang atau jasa. Misalkan jika ingin topeng Bali, tidak perlu ke Bali, cukup ke ATM terdekat. Hanya saja diperlukan kehati-hatian serta pertimbangan yang matang jika belanja online. Bedakan situs toko online dengan situs iklan online, milik perusahaan atau perorangan, cara bertransaksi, dsb.

Putri saya ternyata cerdas juga, sebelum membeli sesuatu browsing ke sana-sini untuk mencari informasi selengkap-lengkapnya. Malah sekarang sudah berani belanja di situs asing jika ada yang cocok. Belanja Online, Siapa Takut




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline