Lihat ke Halaman Asli

Lensa Reza

Penggembira

"Kota Gudeg" Hilang Jati Diri

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1300511618169126643

Kota gudeg, langsung terlintas pada benak kita JOGJAKARTA yang ramah tamah penduduknya, sopan santun orang-orang nya, dan kelembutan tingkah lakunya, serasa nyaman disambut dengan itu semua bila kita datang mengunjungi kota gudeg JOGJAKARTA. Tapi itu semua tingggal sejarah kawan, jogjakarta tak "SEGAPYAK/RAMAH" dulu, karena percampuran budaya dan pergaulan dari berbagai daerah. Kota gudeg merupakan tujuan tiap daerah di indonesia sebagai tempat menuntut ilmu dengan icon nya sebagai KOTA PELAJAR dimana nama UGM mengharum sampai keluar negri mengangkat nama kota jogjakarta sebagai icon kota pelajar, dewasa ini kita lihat saja pergaulan anak-anak muda jogjakarta dimana bahasa yang mereka gunakan tak lagi bahasa jawa tetapi bahasa gaul "loe-gue" yang merupakan bahasa gaul luar daerah jogja, yang lebih ngetren digunakan anak-anak muda sekarang. Sungguh miris melihat perkembangan putra daerah yang mulai melupakan tradisi atau JATI DIRI dari daerah kebanggaannya yaitu kota JOGJAKARTA, dahulu jogja memang terkenal dengan keramah tamahannya, sopan santun, dan lemah lembut, tapi sekarang apa? kita lihat saja dari pergaulan sehari-hari, acuh tak acuh, cuek, individual, saling menjatuhkan, tawuran, adu jotos antar genk, huh... dimana anak-anak jogja yang dulu??, jogja dengan itu semua tidak akan terkenal lagi, tapi dijauhi, terpuruk, jatuh, dan hanya menjadi lahan kosong tak berpenghuni lagi, tapi hanya tempat untuk mencari uang dan kerasnya kehidupan. Mana jogja ku yang selalu menawarkan kemanisan? Jogja tidak cocok dengan kekerasan, jogja itu lembut dengan kehalusan, istimewa dengan budaya, adat istiadat, dan penduduknya, kembalikan jogja kawan, jangan buat jogja hilang jati diri, kita, kamu, sama-sama berperan penting dalam melakukan perbaikan khususnya dijogja ini agar kemabli seperti dulu. Kesedihan jogja bukan karena hilangnya keistimewaannya, tapi jati diri penduduknya dan sikap-sikap orang-orangnya, kembalikan jati diri jogja, kita bangun bersama kerukunan, budaya, dan keramah-tamahan jogja dan indonesia, agar Kota gudeg kembali tersenyum, dan indonesia kembali bersuka ria. JOGJAKARTA TETAP ISTIMEWA dan INDONESIA BERJAYA [caption id="attachment_95949" align="alignleft" width="400" caption="Jogjakarta Kota Gudeg Hilang Jati diri"][/caption]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline