Lihat ke Halaman Asli

Dilema Pasar Bekas

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Okay kali ini Mau cerita mengenai yang bekas bekas. BEKAS biasa identik dengan konotasi negatif. Mungkin juga karena telah dipakai sehingga mempengaruhi kualitas sehingga dianggap sesuatu yang dibuang atau tidak diinginkan lagi. Pacar bekas.. eh harusnya bekas pacar yah??? Mobil bekas? Hp bekas? Nasi bekas?

Okay kemarin kemarin lenny bersama temen lagi hunting pakaian bekas di batam. Tepatnya di depan mall aviari batuaji (ada yang dari batam gak nih????)

Di tempat ini para penjual menjajakan dagangan dalam gubuk2 atau ada juga yang digelar langsung ditanah beralaskan terpal. Disini lengkap dari yang umum sampai yang bikin kening berkerut. Dari boneka bekas, aksesoris bekas, baju diving bekas (nah loh!), sendok bekas, cd/bh bekas(sayang ga da lingerie bekas mungkin rusak ketika permainan semakin HOT!), cheongsam bekas hingga wedding dress bekas(serius!! Cuma modelnya saja yang jadul!).

Menurut sang penjual, baju2 didatangkan langsung dari singapura memakai kapal. Liat saja timbunan karung karung goni berwarna putih dibelakang mereka yang belum dibuka. Saat kesana tiba tiba hujan turun, para penjual kalang kabut memasukkan barang jualan mereka. Kami pun harus berteduh disana. Tak pelak, Bau bauan dari pakaian pun menjadi jadi. Wah semakin apek dan asem deh baunya. Ga kebayang gimana para pekerjanya beradaptasi. Dan gak yakin apakah itu bersih mana tau masih ada sesuatu yang menempel heheh.Untungnya kami tidak masuk ke toko CD/BH bekas tidak terbayang aromanya deh. Walaupun barang yang dijual bekas, Banyak juga yang merknya branded. Model nya dari zaman nenek moyang sampai yang masa kini ada. Harganya pun bervariasi. Harga termurah yang bisa didapatkan yaitu tank top / celana pendek seharga 10rb. Lumayan ngirit banyak. Kalau soal kenyamanan, tentu kalah dengan jika kita belanja di mall. Menurut saya sih itulah seninya berbelanja barang bekas. Perjuangan kita pasti akan terbayar ketika kita mendapat barang bagus dan harganya murrahhh!!! Pasti rasanya setiap tetes keringat kita terbayar wkwkwk Ibaratnya pepatah buatan lenny : bagaikan mencari segengam emas di tumpukan jerami. Ga nyambung yah? Biarin deh hihihh

Sewaktu sibuk mengubek pakaian, Tidak sengaja saya melihat ibu ibu. Dari logatnya saya menduga dari jakarta. Wah ibu itu memborong cukup banyak sehingga totalnya 200rb. Mungkin saja si ibu banyak membeli untuk dipamerin ke teman teman tapi ngakunya beli disingapura hihihih mungkin dia malu kalau ketahuan membeli pakaian bekas. Wah kalau ini sama dengan temanku.

Teman ku sebelum ke pasar seken mengimbau agar saya gak bilang bilang ke teman lain kami akan berbelanja disana. Malu katanya. Lah kenapa malu? Kita kan beli walaupun itu bekas. Yang penting kita tidak nyolong jemuran tetangga bukan? Saya menuruti saja. Kalau saya sih tidak malu. Saya punya beberapa pakaian seken dan saya sangat suka. Terlepas dari harganya dan saya tidak malu. Dan ternyata banyak kok yang memuji orangnya bagus…. Eh diralat pakaiannya bagus hihihh.

Ada juga orang yang ogah membeli pakaian bekas karena takut terjangkit penyakit dari si pemilik pakaian. Kalau untuk dalaman saya setuju, tetapi jika untuk pakaian luar seperti syal, topi, baju atau celana saya kurang setuju. Begitu membelinya pakaian, apapun itu baru atau bekas, saya selalu mencucinya. Syukurlah sampai sekarang tidak ada masalah dengan masalah kesehatan yang berhubungan dengan pakaian bekas.

Tetapi itu mank sekali lagi kembali kepada pilihan dan selera sodara sodara.Di akhir perjalanan hunting pakaian bekas saya dapat 1 set blazer dan rok abu abu hanya 30ribu!!! Kalau ditempat laen mungkin sudah ratusan ribu. Dari merknya keliatannya dari jepang :D

Ayo ayo… mari kita budayakan mencari barang bekas berkualitas!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline