Lihat ke Halaman Asli

Leni Marlins

freelancer

Alih Profesi Jadi Petani, Apakah Menjanjikan?

Diperbarui: 23 Mei 2019   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petani sedang menggarap sawah dengan bantuan alsintan (dokpri)

Adalah Indra Gunawan--seorang buruh pelabuhan yang telah bekerja selama 6 tahun--akhirnya berani mengambil langkah besar pada 2012 lalu. Ia memutuskan keluar dari tempat kerjanya dan beralih profesi menjadi petani. Keputusan ini pasti tidak mudah. Berbekal lahan seluas 20x20 meter, ia mulai menanam aneka sayur-mayur. Karena mendulang sukses, beberapa tetangga pun mulai mengikuti jejak Indra. Selanjutnya, mereka bersama-sama membentuk sebuah kelompok tani. Tak lebih dari setahun, hasil panen yang mereka terima berlimpah. Bahkan, ada di antaranya yang berhasil membeli aset seperti mobil dari hasil bertani. Luar biasa!

Sekelumit kisah inspiratif tersebut saya kutip dari Tabloid Sinar Tani (halaman 8, Edisi 15-21 Mei 2019 No. 3799 Tahun XLIX). Kita tahu bersama, Indra bukanlah satu-satunya yang berhasil banting setir dari profesi lama menjadi petani sukses. Tak sedikit pula "petani" yang sekaligus menjelma menjadi pengekspor besar. Itulah yang dialami oleh mereka yang tergabung dalam Kelompok Tani Bangkit Merbabu di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berbagai jenis sayuran organik menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan. Dengan bukti tersebut, jelas bahwa pada zaman sekarang, angan-angan untuk menjadi "petani berdasi" bukan lagi sekadar mimpi pada siang bolong.

Menerapkan Langkah Strategis

Siapa sih yang tidak ingin meraih sukses dalam hidup? Lazimnya, semua orang berusaha sebaik mungkin untuk meningkatkan ekonomi keluarga, minimal dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, sudah saatnya untuk mengubah paradigma bahwa sukses itu bukan hanya milik orang-orang tertentu dengan title tinggi dan bergengsi. Di bidang apa pun, termasuk menjadi petani, ada peluang untuk mencicipi keuntungan besar. Untuk mencapai titik itu, tentu diperlukan langkah-langkah yang strategis. 

Di ranah pertanian, misalnya, Anda perlu mengenali komoditas pertanian yang saat ini sedang potensial dan memiliki masa depan menjanjikan. Nah, beberapa tahun terakhir, ada sejumlah komoditas dengan nilai ekspor yang fantastis dan mencengangkan, antara lain nilam, kakao, lada, krisan, lidah mertua, jahe, dan pala, pisang, daun kelor, dan sebagainya.  Anda dapat fokus memilih salah satu dari antaranya sebagai langkah awal yang strategis.

Tanaman kakao (dok: sulbar.litbang.pertanian.go.id)

Langkah strategis kedua adalah memberi nilai tambah pada bahan baku yang diekspor. Sebagai contoh, mengekspor olahan pisang berupa keripik atau selai, tentu akan lebih bernilai tinggi dibandingkan hanya mengekspor pisang. Begitu pula dengan minyak atsiri jenis nilam. Sangat disayangkan, meskipun Indonesia merupakan pemasok bahan baku minyak atsiri terbesar di dunia, negara lainlah yang menikmati keuntungan terbesar karena berhasil memberi nilai tambah pada bahan baku tersebut. Langkah strategis ketiga adalah memanfaatkan segala dukungan, khususnya yang berasal dari pemerintah.

Menilik Program Kementan 2019

Pada 22 Oktober 2018 lalu, Komisi IV DPR RI akhirnya mengetok palu sebagai tanda persetujuan atas usulan pagu anggaran 2019 Kementerian Pertanian, yaitu sebesar 21,6 triliun. Dana ini dialokasikan ke sejumlah pos prioritas, di antaranya produksi dan perbanyakan benih melalui kebun bibit, peningkatan penyediaan air melalui perbaikan jaringan irigasi dan pembangunan embung, modernisasi pertanian melalui peningkatan bantuan alsintan (alat mesin pertanian), pengembangan komoditas strategis, menggenjot ekspor pertanian, hinggga mengentaskan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan.

Keseriusan yang ditunjukkan oleh Kementan tersebut bukan sekadar isapan jempol. Telah terbukti pada tahun-tahun sebelumnya, capaian kinerja pemerintah melalui kementerian terkait sudah dirasakan oleh para petani. Setidaknya, itulah kesan yang bisa ditangkap dari penjabaran data BPS. Dari capaian kinerja makro sektor pertanian 2018, inflasi bahan makanan turun dari 10,57% pada 2014 menjadi 1,26% pada 2018. Tak hanya itu, tingkat kemiskinan pedesaan dinilai menurun menjadi 13,20%. Hal yang tak kalah membanggakan adalah naiknya volume ekspor pertanian menjadi 42,5 juta ton atau naik sekitar 26,9% dari tahun sebelumnya. Berbagai inovasi juga sedang dilakukan oleh Kementan, mulai dari Serasi, Siwab, Rain Harvesting System, Belgian Blue, Integrasi Jagung Sawit, dan sebagainya. Nilai investasi pertanian pun meningkat tajam pada periode 2013-2018 yaitu hingga 110,2% dengan total investasi mencapai Rp270,1 triliun.

Wujud Dukungan Pemerintah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline