Lihat ke Halaman Asli

Leni Marlins

freelancer

Seni Mengubahku Menjadi "Lebih Baik"

Diperbarui: 25 Agustus 2017   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexel.com

Semua orang tentu ingin menjadi lebih baik. Bukan sekadar lebih baik dari orang lain--karena makna "lebih baik" di sini sangat dangkal--tetapi lebih baik dari diri yang sebelumnya.

Saya mengakui, seni memiliki peran yang sangat signifikan untuk mengubah karakter, bahkan jalan hidup yang saya lalui saat ini. Bagaimana ceritanya?

Saya lahir dan melewati masa remaja di sebuah daerah pedalaman, yaitu Pulau Nias. Saking tidak populernya, sebagian teman-teman saya di Pulau Jawa tidak tahu di mana letak pulau ini. Saya tidak menyalahkan mereka. Di peta, Pulau Nias memang hanya sebesar titik kecil di bagian barat Pulau Sumatera yang besar itu.

Di tempat kelahiran saya, segala perkembangan zaman selalu datang terlambat. Ketika anak-anak muda di Pulau Jawa sudah gaul dengan aneka merek smartphone, di sana masih belum terlalu booming. Begitu pula dengan hal-hal lainnya. 

Nah, salah satu keterlambatan yang menurut saya "keterlaluan" adalah minimnya jumlah toko buku--yang benar-benar menjual bahan bacaan. Saya menyadari itu sejak mulai berkuliah di Pulau Jawa. Melihat lengkapnya aneka buku yang berjejer di rak-rak toko buku yang sangat nyaman dengan pendingin ruangan, saya mendadak menyesal setengah mati. Menyesal kenapa baru sekarang mengenal kemewahan seperti itu.

Lalu, saya mulai mengingat pengalaman bersentuhan pertama kali dengan buku. Pada suatu sore yang biasa, ayah saya membawa pulang 2 kardus besar dengan menggunakan motor Vespa butut kami. Setelah dibuka, isinya buku-buku bacaan yang seumur-umur baru saya lihat. Ketika itu, saya masih duduk di bangku SD dan gairah membaca buku benar-benar sedang tinggi. Apa saja saya baca, mulai dari majalah Bobo (Terimakasih Tuhan, masih ada yang menjual Bobo pada saat itu), koran lokal, hingga buku TTS. Bayangkan, betapa merananya seorang "kutu buku" belia di kondisi seperti itu!

Kembali pada kardus tersebut. Saya lupa-lupa ingat, apa pasal hingga ayah saya membawa pulang buku-buku tersebut. Tapi, saya tahu bahwa buku-buku itu hanya titipan, bukan dibeli. Tentu saja, itu membuat saya seperti ketiban rezeki sekaligus patah hati. Dua tiga hari kemudian--setelah saya maraton membaca sampai lupa makan--buku-buku itu dibawa pergi. Aduh, sedihnya..

Tapi, life must go on. Untungnya, waktu cepat berlalu dan saya sudah mulai masuk SMP. Nah, di sini, saya mendapat akses terhadap buku-buku yang lebih lengkap. Bacaan-bacaan sastra klasik berkelas "berat" macam Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, hingga Sitti Nurbaja menemani hari-hari saya sebagai pelajar. Buku-buku inilah yang kemudian mengantarkan saya bertualang menikmati seni menulis dengan lebih dalam.

Ohya, bukan hanya seni menulis, saya juga mulai mengenal seni musik. Bukan main musik, tapi membuat lirik lagu. Saat itu, seorang guru mengajak saya berkolaborasi membuat sebuah lagu. Beliau bagian nadanya, saya yang didaulat membuat liriknya. Meskipun proyek sederhana itu tidak berlanjut ke mana-mana, saya sudah merasa cukup bangga.

Soal musik dan lagu, saya memang tidak terlalu asing. Ibu dan ayah saya termasuk "seniman". Setidaknya, itulah label yang bisa saya berikan kepada mereka. Ibu saya bisa membaca not balok dan ayah saya bisa bermain gitar. Sore-sore, ketika suasana sedang mendukung, mereka berdua seringkali duet menyanyikan lagu-lagu daerah maupun tembang lawas milik Rinto Harahap, Panbers, dan The Mercy's. Untuk generasi masa kini, maaf ya kalau tidak kenal siapa mereka, hehehe.

Intinya sih, kedua orangtua saya sedikit banyak mengenalkan betapa indahnya simfoni yang bisa dinikmati melalui seni musik dan lagu. Bahkan, kenangan kebersamaan yang tercipta saat itu masih tersisa hingga kini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline