Lihat ke Halaman Asli

Leni Fatma

Mengubah luka menjadi aksara

Mencatat Waktu Part 2

Diperbarui: 17 Juli 2020   01:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fiona masih menguatkan dirinya di depan cermin. Sesekali menatap cermin, memastikan tidak ada air matanya yang terjatuh. Begitulah Fiona, tidak bisa orang lain mengetahui kesedihannyanya. Dia takut jikalau ada yang masuk ke kamarnya, dan mengetahui jika dia sedang menangis.

Fiona masih menenangkan dirinya. Melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mengalihkan perasaannya.

Matahari perlahan tenggelam, malam datang, matahari tergulir dengan bintang dan bulan.

Kecewa? Ya, Fiona masih menggerutu akan pertunangannya yang tertunda. Seakan kecewa sudah menjadi makanannya sehari -hari.

Sudah menjadi umum. Orang tua merantau, anak dititipkan. Tapi bagi Fiona, ini sangat mengaktikan. Masa masa golden agenya tanpa didampingi orang tua. Dia hanya ingin bersamanya. Bermain bersama, makan bersama, diantarkan ke sekolah, dijemput sekolah, layaknya teman-temannya. Ingin sekali, Fiona mendapatkan perhatian penuh tanpa terhalang jarak. Tanpa terbagi dua oleh anak bibinya. Namun, itu hanya impian belaka. Kini waktu itupun hanya menjadi catatan lampau Fiona.

Selesai mandi, Fiona mendapat satu pesan ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline