Saya termasuk yang tidak begitu sering belanja online. Sekali sebulan pun jarang. Paling belanjanya saat menjelang lebaran atau bulan Ramadhan.
Jadi, kalau ada sampah bekas belanja online saya tak pusing, malah senang. Kemasan belanja online biasanya ada bubble wrapnya. Saya suka mengoleksinya, eh mengumpulkannya.
Bubble wrap biasanya saya lipat, lalu diikat karet gelang, terus disimpan. Begitu juga kalau kemasan yang digunakan terbuat dari kardus, saya buka pelan-pelan agar tidak sobek, saya lipat, lalu disimpan.
Buat apa? Tentu ada yang bertanya-tanya. Sampah kok disimpan. Iya, maunya sampah-sampah itu saya buat menjadi sesuatu. Namun, belum sempat dikreasikan sudah keburu dipakai jadi kemasan.
Anak-anak kadang minta dikirimkan rendang atau sambal ke asrama. Mungkin kangen masakan ibu atau neneknya. Jadi, untuk mengantisipasi minyak sambal atau rendang tumpah lalu mengotori paket lain, saya membungkusnya dengan bubble wrap. Baru kemudian saya masukkan ke kardus. Cara ini, selain hemat karena saya tak perlu membeli bubble wrap, sekalian membuang sampah dengan cara elegan, hehehe.
Selain bubble wrap, sampah lain yang jarang saya buang adalah styrofoam. Baik yang bekas kemasan makanan atau yang digunakan untuk melapisi alat-alat elektronik.
Styrofoam ini saya manfaatkan untuk mengurangi pengeluaran hobi bertanam tanaman hias. Saya kreasikan menjadi pot yang cukup unik.
Berbekal kawat sisa bekas pagar, gunting seng atau besi, dan tang, saya membuat pot dari Styrofoam. Caranya cukup mudah, kawat saya bentuk sesuai keinginan. Saya lebih suka membuat bentuk tabung atau kubus. Selanjutnya styrofoam saya pakai sebagai dinding dan alas pot. Dan pot pun siap digunakan. Tinggal diisi media tanam dan tanaman hias. Selain hemat, ini merupakan salah satu cara belanja sadar lingkungan.
Selain itu, styrofoam ini juga saya manfaatkan sebagai alas pot tanaman hias. Fungsinya untuk mengurangi volume media tanam, terutama untuk pot yang berukuran besar. Styrofoam yang telah dipecah menjadi potongan kecil, saya letakkan di dasar pot, seperempat atau sepertiga dari jumlah media tanam seharusnya. Lumayan menghemat penggunaan media tanam. Namanya emak-emak, maunya serba hemat. Kalau bisa serba gratis, hehehe. Salam sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H