Lihat ke Halaman Asli

Beberapa Kesalahan Pengasuhan yang Perlu Diperhatikan Oleh Orang Tua

Diperbarui: 1 November 2018   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kadang kala seorang anak membuat kesabaran orang tua habis. Dari beberapa ahli pendidikan anak, memang anak-anak usia pra sekolah memang sedang dalam tahap bermain dengan kemampuannya yang di satu sisi sudah bisa mandiri, namun di sisi lain masih tetap membutuhkan perhatian dari orang tua. Menurut Michele Borba usia ini adalah usia dimana anak paling aktif dan sering membuat orang orang tua habis kesabarannya. 

Di masa ini tidak sedikit orang tua yang melakukan kesalahan pada pengasuhan terhadap anak. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat membuat anak kurang percaya diri, pemalu, tentramen, ataupun takut untuk berinteraksi dengan orang yang belum di kenal anak sebelumnya. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :

  • Tidak konsisten
  • Perintah dan rutinitas sehari-hari membuat anak merasa memiliki tempat perlindungan dari dunia yang mereka lihat tidak dapat diprediksi. Di saat ada sesuatu yang sudah dapat diprekdiksi dan dilakukan dengan rutin, membuat anak merasa lebih nyaman dan aman. Mereka pun jadi lebih bersikap manis tenang karena tahu apa yang akan terjadi. Sebisa mungkin, orang tua melakukan sesuatu yang sesuai dengan rutinitas yang sudah dibuat. Melakukan hal itu secara konsisten memang terasa sulit, apalagi dalam mengasuh anak dan dibantu oleh orang lain atau baby sister, karena seorang baby sister pasti berbeda cara dalam pengasuhan dengan cara yang dilakukan oleh orang tua sendiri. Dalam masalah pengasuhan jangan sampai anak mendapatkan kesan yang berbeda, jadi jikalau dalam pengasuhan melibatkan baby sister peran orang tua adalah melaraskan apa saja yang sudah didapat anak dari baby sister tersebut. Dan buatlah anak tetap merasa kalau orang tua adalah segala pengalaman bagi anak.
  • Terlalu banyak membantu anak
  • Beberapa orang tua akan langsung tanggap dan membantu anak ketika anak tidak bisa melakukan suatu hal. Sebelum melakukannya, orang tua harus paham dengan menolong anak dalam melakukan sesuatu terlalu sering seperti memakai sandal, memakai sepatu, atau memasang puzzle akan membuat anak berfikir kalau anak tidak bisa melakukannya tanpa bantuan orang lain atau tidak bisa mandiri dengan kata lain anak tidak memiliki kopeten. Orang tua yang terlalu sering membantu anak, dapat dikatakan menyabotase kemampuan anak untuk percaya diri. Orang tua harus mengajarkan untuk berusaha sendiri namun bukan membiarkan anak sendirian melainkan membiarkan anak untuk menyelesaikan masalah yang sudah dibuat atau dihadapi oleh anak. Orang tua cukup memberi semangat dengan cara mengarahkan bagaimana jalan keluarnya dari masalah tersebut.
  • Fokus pada hal negatif
  • Orang tua akan mudah terpancing emosinya ketika melihat anak melakukan hal-hal negatif dan tidak terlalu peduli atau bahkan ingat akan hal positif yang dilakukan oleh anak. Orang tua akan langsug reflek ketika anak melakukan hal-hal yang buruk seperti memukul, melempar, atau yang lain. Dari hal tersebut, orang tua mulailah memperhatikan hal-hal positif yang dilakukan oleh anak. Dan berikanlah sesuatu hadiah jika anak menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tanpa bantuan dari orang lain. Hadiah tersebut tidak harus sebuah barang, cukup dengan pujian atau memberikan pelukan hangat itu sudah cukup untuk mebuat anak merasa percaya diri terhadap apa yang sudah di raih oleh anak.
  • Tidak banyak bicara
  • Bicara pada anak bisa jadi salah satu cara untuk membuatnya menurut dan memahami sesuatu. Namuncara itu tidak tepat dilakukan saat anak marah atau menunjukkan sifat memberontak. Di saat orang tua meminta anak untuk melakukan sesuatu, jangan mendiskusukannya atau membuat kontak mata. Kalau anak tidak mau untuk melakukannya, berikan peringatan atau hitungan sampai tiga. Jika anak masih menolak, segera memberikan teguran dan memberikan alsan mengapa anak di tegur dan memberikan akibat dari tidak melakukan hal-hal yang di perintahkan oleh orang tua.
  • Lupa mengajak bermain
  • Banyak orang tua yang masih merasa perlu memberikan program-program pendidikan tanpa mengetahui kemampuan anak dalam menangkap semua yang telah diberikan. Padahal belum tentu dengan cara tersebut anak bisa enjoy tanpa tekanan. Hal yang justru membuat anak berkembang adalah dengan bermain. Dengan bermain, otak anak akan berkembang sangat baik. Saat bermain anak akan secara nstural membiarkan diri mereka mendapatkan tantangan, tidak terlalu gampang atau terlalu berat. Biarkan anak mempunyai waktu untuk bermain yang sekiranya cukup. Anak-anak pada usia pra sekolah mendefinisikan bermain sebagai melakukan apa yang mereka inginkan.

Anak-anak pada usia pra sekolah suka melakukan tugas rumah tangga, akan tetapi tugas-tugas tersebut tidak mereka anggap tugas melainkan mereka anggap suatu permainan yang mereka inginkan. 

Anak-anak memilih hal-hal dengan berbau permainan karena itulah yang mereka inginkan. Jadi sebagai orang tua jangan sampai lalai dengan kewajiban yang diperlukan oleh anak dan jangan sampai anak merasa tetekan dengan apa yang ada disekitar anak. Orang tua harus menetralkan apa saja yang anak ungkapkan dan ceritakan, dengan begitu anak akan merasa tenang dalam melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline